Bisnis.com, DENPASAR--Badan Tenaga Nuklir Nasional menyatakan bahwa sudah saatnya bagi Indonesia mulai membangun teknologi nuklir untuk mendukung pasokan energi listrik.
Menurut Djarot Sulistio Wisnubroto, Kepala Batan, Indonesia harus membangun energi nuklir saat ini juga.
"Batan itu sebenarnya tidak boleh mengatakan kapan tahunnya namun kami mengkajinya karena Kementerian ESDM sudah menerbitkan buku putih berjudul 5.000 megawatt PLTN 2024, yang mana itu 9 tahun dari sekarang. Padahal dibutuhkan 7 tahun hingga 10 proses go nuklir sampai dioperasikan," paparnya, Kamis (15/10/2015).
Dia menambahkan, kebutuhan energi listrik nasional pada 2015 - 2024 diprediksi akan meningkat pada kisaran 5.900 MWe/tahun sesuai yang tertuang dalam rencana umum penyediaan tenaga listrik 2015 - 2024. Sedangkan PLN dan Independent Power Producer (IPP) mampu memenuhi sekitar 4.200 MWe/tahun.
"Melihat kemampuan PLN dan IPP tersebut diperkirakan akan ada sekitar 26% kebutuhan tambahan pembangkit sampai dengan 2023 yang tidak terpenuhi dan dikategorikan sebagai skema unallocated yakni belum ditetapkan pengembang dan sumber pendanaannya," terangnya.
Berdasarkan kondisi tersebut, lanjutnya, diperkirakan mulai 2016 akan terjadi kekurangan pasokan tenaga listrik di beberapa daerah karena cadangan operasi semakin menipis kurang dari 25%.
"Dalam rangka mendukung kemandirian bangsa di bidang energi, maka perlu dipertimbangkan pemanfaatan energi baru atau nuklir untuk pembangkit tenaga listrik mengingat skala kapasitas PLTN yang ada saat ini berada di antara 1.000 - 1.400 megawatt/unit," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pengawas Teknologi Nuklir (Bapeten), Jazi Eko Istiyanto mengatakan bahwa mestinya dari pihak-pihak yang akan membangun PLTN ada konsep atau perencanaan yang nantinya diberikan kepada presiden.
"Untuk PLTN itu seharusnya BUMN atau PLN, atau perusahaan swasta yang memberikan konsepnya kepada presiden. Namun sayangnya sampai sekarang ini belum ada aplikasi PLTN yang masuk ke Bapeten," imbuhnya.