Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Rida Mulyana menyatakan program mandatori Bahan Bakar Nabati (BBN) yang sedang dijalankan pemerintah memberi manfaat yang besar bagi penghematan devisa negara.
"Program mandatori BBN terbukti dapat menghemat devisa negara, dengan tidak mengimpor solar hingga bulan akhir Desember tahun ini terjadi penghematan sekitar US$360 juta dan diprediksi tahun depan terdapat penghematan sebesar US$1,9 miliar," ujar Rida Mulyana seperti dikutip dalam laman Kementerian ESDM, Minggu (11/10/2015)
Kementerian ESDM terus melakukan upaya pengaturan terhadap pengusahaan BBN melalui penyediaan insentif harga BBN yang menarik dan dapat diimplementasikan sesuai dengan kondisi ekonomi nasional.
Mandatori BBN, ucapnya, juga membawa keuntungan bagi industri sawit sendiri dan pemerintah dalam penghematan devisa dan penguatan rupiah.
Program mandatori BBN sudah mampu mendongkrak harga CPO sampai US$600 per ton dari sebelumnya US$200 per ton.
“Mandatori ini, kembali menggairahkan petani sawit, karena kalau saja harga sawit hingga menyentuh level US$450, itu mungkin sekian juta petani itu harus meninggalkan kebunnya dan itu artinya, mereka tidak punya penghasilan lagi, artinya apa, tingkat kemiskinan akan naik,” jelas Rida.
“Dampak mandatori biodiesel itu bener-bener luar biasa impactnya terhadap penguatan rupiah, pencegahan orang supaya tidak nganggur, paling tidak stabilitas bagi petani, begitupun bagi industri kepala sawitnya,” tegas Rida.
Rida juga menambahkan, jika harga CPO-nya naik dan kebanyakan dari CPO kita diekspor maka dengan sendirinya aliran devisa akan makin deras masuk kedalam. Jadi mandatori itu membawa double impact bukan hanya bagi petani sawit.