Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ASMINDO: Target Ekspor US$5 Miliar

Executive Director Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Lisman Sumardjani mengatakan target ekspor lima tahun kedepan terhadap industri mebel adalah US$5 miliar.
Ilustrasi/JIBI
Ilustrasi/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA -  Executive Director Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Lisman Sumardjani mengatakan target ekspor lima tahun kedepan terhadap industri mebel adalah  US$5 miliar.

"Ah, walau berat, target kami memang sebanyak 5 miliar dolar Amerika Serikat, untuk ekspor mebel saja," kata Lisman ketika ditemui usai mengisi seminar pengawasan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) di Jakarta, Senin (12/10/2015).

Lisman mengatakan dari segi furniture sendiri tidak memiliki data, namun menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada triwulan III pencapaiannya sebanyak US$1,8 miliar khusus mebel.

"Data tersebut hanya kayu yang memiliki Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). Yang tidak memiliki sebenarnya banyak capaian, namun tidak dimasukkan," katanya.

Upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan target tersebut adalah biaya logistik harus diturunkan, biaya logistik furniture pada saat mencapai 25% dari PDB.

"Itu artinya, presiden benar ketika akan membangun banyak pelabuhan, jalan raya, karena akan membantu menurunkan biaya logistik," katanya.

"Saat ini, kirim kontainer ke Palu, Sulawesi Tengah, dari Jakarta, lebih mahal daripada kirim ekspor kontainer ke Beijing, Tiongkok, ini tidak efisien, maka solusi salah satunya adalah pembangunan infrastruktur tersebut," katanya.

Kemudian suku bunga di Indonesia masih tergolong tinggi, yaitu 15 persen, sedangkan di negara tetangga seperti Malaysia hanya 3 persen, fakta tersebut menunjukkan susahnya bersaing dengan negara lain.

"Di pasar global ini kita harus kompetitif secara nasional maupun internasional, agar mampu bersaing dengan negara lainnya, saat ini terbesar masih dipegang oleh Tiongkok, saingan negara terdekat kita adalah Polandia, untuk ekspor mebel," kata Lisman.

Lisman Sumardjani juga mengatakan pengusaha mebel tidak diuntungkan dengan peristiwa melemahnya mata uang rupiah terhadap dolar terkait ekspor kerajinan kayu.

"Tidak ada yang diuntungkan, kurang lebih sama, karena sesama pengusaha akan sama-sama tahu," kata Lisman.

"Mereka (pembeli negara lain) juga paham pelemahan rupiah, sehingga kadang meminta harga yang lebih murah juga, karena kami merasa diuntungkan oleh naiknya dolar, padahal tidak," katanya.

Selama ini harga mebel untuk ekspor memang dipengaruhi oleh mata uang dolar, namun ketika dolar menguat pun pembeli juga melakukan penawaran sebaliknya.

"Hal yang terpenting adalah kepastian, jika harga pasti berdasar mata uangnya, maka pengusaha akan lebih tenang dan bisa memprediksi usahanya," kata Lisman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper