Bisnis.com, SAMARINDA—Produktivitas tanaman padi di Kalimantan Timur semakin merosot seiring dengan musim kemarau berkepanjangan yang masih berlangsung.
Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kalimantan Timur Ibrahim mengatakan pada musim hujan produktivitas padi mencapai 6 ton per hektar.
Namun, dalam beberapa kali kesempatan panen di tahun ini produktivitas padi tidak sampai 5 ton per hektar. Produktivitas yang rendah ini juga diperparah oleh musim tanam di beberapa sentra produksi yang hanya sekali setahun.
“Kalau dibandingkan dengan produktivitas di Jawa yang bisa mencapai 9 ton per hektar tentu sawah di Kalimantan masih jauh tertinggal,” katanya saat ditemui Bisnis, akhir pekan lalu.
Ibrahim menuturkan turunnya produktivitas padi ini terutama dipicu oleh kekeringan di sejumlah sentra produksi. Meskipun saluran irigasi tersier yang menghubungkan ke sawah-sawah petani sudah tersedia, pasokan air dari sumber primer dan sekunder seperti bendungan dan sungai justru tidak memadai.
Ibrahim menjelaskan saat ini Kutai Kartanegara masih menjadi sentra produksi padi di Kalimantan Timur. Porsinya mencapai 30% dari total luas lahan di provinsi ini. Namun, beberapa daerah seperti Penajam Paser Utara (PPU) dan Paser juga kian berkembang menjadi sentra produksi padi.
Ibrahim menuturkan PPU terdapat potensi lahan hingga 11.000 hektar yang bisa dikembangkan hingga 14.000 hektar. Sementara itu, Paser memiliki potensi lahan mencapai 40.000 hektar. Sayangnya, di beberapa daerah panen padi hanya bisa dilakukan setahun satu kali karena keterbatasan sumber air.
Ke depan, Ibrahim berharap bisa memanfaat potensi lahan ini sekaligus meningkatkan produktivitasnya. Salah satu strategi yang ditempuh dengan membangun pintu air di beberapa daerah. Selain itu, pihaknya juga menggalakkan mekanisasi pertanian untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal.