Bisnis.com, BEIJING -- China berencana melarang penggunaan mobil pribadi dalam bisnis jasa panggilan taksi online. Langkah ini berpotensi memukul Didi Kuaidi dan pesaingnya, Uber, di tengah upaya mereka berekspansi di negara dengan populasi terbanyak di dunia itu.
Operator perlu memperoleh izin dari otoritas transportasi untuk dapat menyediakan layanan pesanan kendaraan online sepanjang berkantor di China dengan server berbasis setempat, menurut aturan yang diusulkan kementerian transportasi.
Kendaraan yang digunakan harus taksi terdaftar yang ber-GPS dan pengemudi perlu melewati rangkaian tes kualifikasi, menurut draf yang dipublikasikan di website kementerian.
Rencana itu menghadang perusahaan-perusahaan itu untuk mendaftarkan kepemilikan dan menyesuaikan pengendara dengan aturan.
"Jika diberlakukan, itu akan menjadi pukulan telak bagi industri bersangkutan," kata Zhang Xu, analis dari Analysys International yang berbasis di Beijing, seperti dikutip Bloomberg, Minggu (11/10/2015).
Operator panggilan kendaraan akan mengeluarkan biaya lebih tinggi untuk tetap menggunakan pengemudi yang ada (eksisting).
China tengah mempertimbangkan aturan yang akan memaksa aplikasi pemesanan kendaraan, seperti Didi Kuaidi, perusahaan jasa pemanggilan mobil paling top di China, dan Uber, untuk menggunakan kendaraan dan pengemudi terdaftar komersial. Regulasi juga akan memberikan kewenangan kepada pemerintah kota membatasi izin jasa tersebut.