Bisnis.com, JAKARTA -- Lembaga riset dan konsultan properti, Savills Indonesia memprediksi tarif sewa perkantoran akan terus menyusut seiring kenaikan tingkat kekosongan.
Head of Research & Concultancy Savills, Anton Sitorus mengatakan penurunan tarif sewa ini terjadi baik di kawasan pusat bisnis (central business district) maupun di luar kawasan pusat bisnis.
"Lonjakan ruang kosong kemungkinan akan menyeret tarif sewa, terutama di segmen premium dan grade A," tulis Anton dalam risetnya yang dikutip Bisnis, Senin (5/10).
Anton memprediksi, hingga 2019 tarif sewa perkantoran di segmen premium akan susut hingga 45% dan 40% untuk grade A. Sementara itu, untuk grade B dan grade C, tarif sewa diperkirakan turun 25%-30%.
Hingga Juni 2015, berdasarkan data Savills, tarif sewa kantor di segmen premium turun 5,2% secara tahunan menjadi US$34,7 per bulan per meter persegi. Sementara itu, di segmen lain tarif sewa masih menunjukkan tren positif.
Di kawasan non CBD, Anton juga memprediksi tarif sewa akan mengalami kontraksi sebesar 25%-30% dalam empat tahun mendatang. Penyebabnya sama, tarif sewa terpukul oleh kenaikan tingkat kekosongan.
Namun, di area non CBD, penurunan tarif juga didorong oleh kompetisi yang semakin ketat diantara pemilik gedung. Dengan kata lain, pemilik gedung akan banting harga guna menarik penyewa.
Di area non CBD, tarif sewa bervariasi, mulai dari Rp87.500 per meter persegi di Jakarta Timur hingga yang termahal di Jakarta Selatan sebesar Rp153.326 per meter persergi. Jakarta Selatan juga mencatat pertumbuhan tarif tertinggi sebesar 4,7% melampaui rerata sebesar 2,9%.
Menurut Anton, tingkat kekosongan di kawasan non CBD diprediksi mencapai 25%, lebih tinggi dari tingkat kekosongan yang diperkirakan pada kawasan CBD sebesar 20% di 2019.
Data Savills menunjukkan, pasokan perkantoran di area CBD hingga semester I 2015 bertambah sebanyak 228.000 meter persegi. Namun, penyerapannya hanya mencapai 16.000 meter persegi, level terendah dalam sepuluh tahun terakhir.
Sementara itu, penyerapan ruang kantor di area non CBD jauh lebih baik, yakni mencapai 52% atau 87.000 meter persegi dari pasokan baru sebanyak 167.000 meter persegi.