Bisnis.com, JAKARTA - Omzet usaha koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah di Tanah Air mengalami penurunan hingga 30% sebagai dampak langsung dari perlambatan perekonomian nasional.
"Mereka itu ibarat fondasi bangunan, karena atapnya [usaha besar dan menengah] 'bocor', akhirnya merusak fondasi. Nah kalau tidak ada tindakan konkrit dan segera, memang dampaknya terhadap bangunan sangat besar, bisa roboh".
Jika tidak ada tindakan konkrit dan cepat dalam menolong pelaku koperasi, usaha mikro dan kecil itu, guncangan terhadap perekonomian nasional akan semakin dahsyat karena jumlahnya sangat banyak mencapai 99% dari total existing yang mencapai 57,9 juta unit per tahun 2013.
"Mereka itu ibarat fondasi bangunan, karena atapnya [usaha besar dan menengah] 'bocor', akhirnya merusak fondasi. Nah kalau tidak ada tindakan konkrit dan segera, memang dampaknya terhadap bangunan sangat besar, bisa roboh," kata Sekretaris Menteri Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM), Agus Muharram dalam diskusi dengan wartawan, Jumat (18/9/2015).
Kondisi Existing Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Besar
(Tahun 2013)
Jenis | Jumlah (unit) | Persentase (%) |
Usaha Besar | 5.066 | 0,01 |
Usaha Menengah | 52.106 | 0,09 |
Usaha Kecil | 654.222 | 1,13 |
Usaha Mikro | 57.189.393 | 98,77 |
Total | 57.900.787 | 100 |
Keterangan:
- Usaha besar : beromzet lebih dari Rp50 miliar/tahun, aset lebih dari Rp10 miliar
- Usaha menengah: beromzet Rp2,5 miliar - Rp50 miliar/tahun, aset Rp500 juta - Rp10 miliar
- Usaha kecil beromzet: Rp300 juta - Rp2,5 miliar, aset Rp50 juta - Rp500 juta
- Usaha mikro: beromzet sampai dengan Rp300 juta, aset sampai dengan Rp50 juta
Situasi perekonomian global yang kurang kondusif, kemudian berimbas pada perekonomian nasional dengan ditandai oleh penguatan dolar AS dan pelemahan nilai tukar Rupiah, paparnya, sangat menyulitkan pelaku usaha menengah karena sebagian diantaranya menggunakan bahan bakar impor.
Di sisi lain, pesanan dari negara mitra mengalami penurunan signifikan, sehingga nilai ekspor dan impor otomotis ikut merosot.
Menurut Agus, untungnya hanya sebagian kecil saja dari usaha kecil di Indonesia yang menggunakan bahan baku impor. "Sayangnya, kondisi mereka juga memprihatinkan karena mengalami penurunan omzet yang lumayan tajam. Kalau kondisi ini terus-menerus terjadi, mereka bisa gulung tikar".
Berita baiknya, kata Agus, Kementerian dan Lembaga maupun jajaran pemerintah daerah mulai saat ini segera tancap gas dengan merealisasikan belanjanya yang totalnya mencapai sekitar Rp1.800-an Triliun lebih, sehingga bisa menjadi stimulus dari bergeraknya roda perekonomian nasional.
"Dari beberapa rangkaian pertemuan, K/L optimistis bisa menggenjot serapan anggarannya hingga mencapai 80% pada minggu ke-2 Desember 2015. Efek belanja negara ini akan sangat membantu menyelamatkan usaha mikro dan kecil," ujarnya.