Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha logistik menilai keberagaman alternatif pengangkutan kontainer dari dan ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, harus disertai dengan perbandingan tarif yang kompetitif.
Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki N. Hanafi mengatakan suguhan tarif yang kompetitif harus seiring dengan pelayanan yang baik dari segi waktu dan bongkar muat.
"Kalau nanti salah satu yang murah atau yang cost-nya tidak efisien, orang enggak akan pakai. Dia akan memilih yang paling cepat, aman, artinya yang efisien dan efektif," ujarnya, Rabu (9/9/2015).
Dia menuturkan dengan berlakunya tiga pilihan itu akan membantu mengurangi beban pengangkutan melalui darat dengan truk yang hingga kini masih menjadi satu-satunya alternatif. Sementara itu, jalan menuju Pelabuhan Tanjung Priok kerap dilanda kemacetan.
Menurutnya, inefisiensi cost atau akibat kemacetan itu sekitar 30%-35% yang menjadi beban pelaku logistik. Dia menilai bahwa keberadaan kanal dan jalur kereta tidak akan menimbulkan gesekan dengan pengusaha truk.
"Pemilik angkutan darat enggak khawatir kok, karena volume yang dapat diangkut juga tidak terlalu besar. Bukan saling bersaing, tapi saling mengisi," katanya.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Gemilang Tarigan mengatakan volume barang yang bisa diangkut oleh gerbong kereta hanya berkisar 10%-13% dari total jumlah kontainer di pelabuhan.
Pengusaha angkutan truk tak khawatir menurunnya pangsa pasar dengan hadirnya kereta yang masuk ke area bongkar muat kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok.
"Kalau pemerintah bikin jalur kereta di atas tanah atau di bawah tanah, itu mungkin bisa mengurangi kemacetan. Tapi kalau lintasannya memotong jalan raya itu menambah kemacetan," ucapnya.