Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelemahan Rupiah, Pengusaha Ramai-ramai Alihkan Bisnis ke Waralaba

Pelemahan ekonomi yang terjad saat ini justru dinilai bakal membuat bisnis waralaba semakin terdongkrak. Dalam kondisi yang tidak pasti tersebut, bisnis waralaba dilirik oleh pelaku usaha sebagai pegangan.
Aneka Franchise./Ilustrasi
Aneka Franchise./Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan ekonomi yang terjad  saat ini justru dinilai bakal membuat bisnis waralaba semakin terdongkrak. Dalam kondisi yang tidak pasti tersebut, bisnis waralaba dilirik oleh pelaku usaha sebagai pegangan.

Menurut Amir Karamoy, Ketua Komite Tetap Waralaba dan Lisensi Kamar Dagang dan Industri  Indonesia (Kadin), beberapa pengusaha yang bisnisnya tergoncang atau tutup akibat anjloknya harga komoditas, kini mencari “pegangan” lain dengan berinvestasi pada bisnis waralaba.

Umumnya mereka adalah pengusaha kelas kakap yang bergerak di sektor batubara, sawit dan migas. Adapun, waralaba yang paling diincar yakni merek asing  di bidang kuliner.

“Kalau pengusaha kelas menengah lebih memilih waralaba lokal karena alasan modalnya tak terlalu besar. Umumnya kelompok ini adalah pemilik perkebunan, pengusaha sarang burung walet, atau pelaku usaha yang ingin mendiversifikasi bisnisnya ke sektor lain,” kata dia saat dihubungi Bisnis.com, baru-baru ini.

Waralaba di bidang food & beverage masih tetap menjadi prioritas karena bisnis ini dinilai paling kuat menghadapi pelemahan perekonomian. Meskipun konsumen cenderung menahan konsumsi, namun kebutuhan akan makanan dan minuman pasti tetap dipenuhi.

“Karena itu dari 10 orang, 7 di antaranya pasti memilih waralaba bidang kuliner,” katanya.

Jumlah waralaba di Indonesia saat ini lebih dari 400 merek, dengan pertumbuhan rata-rata 15% per tahun. Tahun ini, pertumbuhannya diperkirakan mencapai 15% - 20%.

Senada, Ketua Umum Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI) Levita Supit mengatakan dia belum melihat adanya penurunan minat investor untuk berinvestasi pada waralaba.

Dia menyebut hingga saat ini belum ada waralaba di Indonesia, baik asing maupun lokal, yang dilaporkan tutup akibat depresiasi rupiah tahun ini.

“Dampak naik turunnya dollar ini pada daya beli masyarakat, tetapi kalau untuk waralabanya tidak ada. Mau dollar sedang bagaimanapun, bisnis waralaba akan tetap jalan karena ini bisnis alternatif yang bisa menjadi pilihan ketika seseorang di-PHK,” kata Levita.  

Perlu Kemudahan

Amir tidak menampik kondisi pelemahan rupiah juga sebenarnya berpengaruh pada terwaralaba, terutama merek-merek asing.

Namun, kondisi ini bisa diantisipasi jika waralaba asing tersebut punya kebijakan khusus agar mitra bisa bertahan. Misalnya, kebijakan memberi diskon royalty fee atau menjadikannya sebagai utang ketika sedang dalam kondisi krisis.

Amir mengatakan idealnya semua perusahaan yang masuk ke pasar global mempunyai klausul tersebut dalam  kontrak perjanjian waralaba.

 “Tapi jika memang tidak ada, saya kira mitra-mitra waralaba asing yang di dalam negeri bisa melakukan renegosiasi supaya dapat kemudahan,” tambahnya.

Terwaralaba merek asing memang harus membayar royalty fee dalam bentuk dollar sementara pendapatannya dalam bentuk rupiah yang juga berpeluang anjlok arena daya beli masyarakat yang menurun.

“Jika pelemahan rupiah berlanjut sampai akhir tahun, dugaan saya banyak terwaralaba akan tutup seperti ketika krisis 1998,” kata Amir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper