Bisnis.com, TANGERANG — Tingkat kesejahteraan masyarakat perdesaan, khususnya para petani, di Provinsi Banten melemah -2,46 poin selama triwulan kedua tahun ini.
Bank Indonesia Provinsi Banten mencatat selama triwulan kedua tahun ini nilai tukar petani hanya 102,77. Angka ini minus dibandingkan dengan triwulan pertama tahun ini sebesar 105,23.
Kepala BI Provinsi Banten Budiharto Setyawan mengatakan pelemahan nilai tukar petani (NTP) terjadi seiring dengan perlambatan ekonomi nasional.
“Ekonomi Banten kumulatif triwulan kedua ini melambat jadi 5,26% [yoy], padahal pada triwulan pertama sampai 5,43%,” ucapnya dalam pemaparan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten oleh BI, di Tangerang Selatan, Rabu (27/8/2015).
Khusus pada Juli tahun ini NTP justru naik 0,06% dibandingkan dengan bulan sebelumnya ke level 103,22. Kenaikan itu disebabkan laju kenaikan indeks harga yang diterima petani lebih cepat daripada laju kenaikan indeks harga yang dibayar petani.
Kenaikan indeks harga diterima lebih tinggi daripada harga dibayar dapat mengindikasikan perbaikan daya beli petani di Banten. Tapi sayang hal ini tidak berlaku secara kumulatif triwulanan.
Indeks harga yang diterima (It) pada Juli tercatat 122,33 menunjukkan kenaikan 0,92% terhadap Juni, sedangkan indeks harga yang dibayar (Ib) 118,44 setara dengan laju 0,85%.
It menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani.
Kenaikan It pada Juli terpengaruh peningkatan It empat subsektor, yakni tanaman pangan 1,26%, tanaman perkebunan rakyat 0,59%, peternakan 1,75%, dan perikanan 0,65%.
Sementara realisasi Ib bulan lalu menunjukkan pergerakan harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat perdesaan beserta fluktuasi harga barang dan jasa untuk memproduksi hasil pertanian.
Peningkatan Ib Juli disebabkan indeks konsumsi rumah tangga maupun BPPBM (biaya produksi dan penambahan barang modal) seluruhnya naik.