Bisnis.com, JAKARTA – Perundingan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) putaran kesembilan, di Kuala Lumpur, berhasil mencapai kesepakatan modalitas perdagangan barang. Pada pertemuan RCEP sebelumnya, banyaknya kepentingan masing-masing negara menghambat terjadinya kesepakatan.
Duta Besar Indonesia untuk World Trade Organization (WTO) selaku ketua perunding Regional Comprehensive Economic Partnership Trade Negotiation Committee (RCEP TNC) Iman Pambagyo mengatakan pencapaian tersebut menyusul dua kesepakatan modalitas lainnya yang tercapai pada perundingan sebelumnya pada Juli lalu.
“Akhirnya, negara peserta RCEP dapat menyepakati modalitas perdagangan barang. Pencapaian ini menyusul kesepakatan atas modalitas perdagangan jasa dan investasi yang telah dicapai pada pertemuan intersesi para Menteri RCEP pada bulan Juli 2015 di Kuala Lumpur,” kata Pambagyo, Selasa (25/8/2015).
Selanjutnya, para menteri dari sepuluh negara anggota ASEAN serta enam mitra dagangnya yaitu China, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, dan India akan member arahan kepada Trade Negotiating Committee (TNC) untuk menyiapkan proses perundingan Paket Permintaan dan Penawaran (Request and Offer) pada pertemuan putaran selanjutnya di Busan, Korea Selatan.
Perundingan di Busan yang akan diadakan pada akhir 2015 tersebut akan menjadi capaian substansial di akhir tahun 2015 seperti yang dimandatkan oleh para pemimpin negara peserta RCEP. Adapun, para Menteri pun meminta TNC untuk semakin mengintensifkan upaya untuk menyelesaikan perundingan RCEP pada 2016 mendatang.
Lebih lanjut Pambagyo mengatakan, jika kesepakatan pada 2016 tercapai, kawasan RCEP akan menjadi kawasan perdagangan bebas terbesar dunia yang mencakup 49% populasi dunia, 29,3% Gross Domestic Product (GDP) dunia (US$22,7 triliun pada 2014), 28,4% total perdagangan dunia (US$10,8 triliun pada 2014), serta 29,8% perputaran foreign direct investment (FDI) dunia (US$366,3 miliar).
“Saat ini, perekonomian negara peserta RCEP tetap stabil di tengah melemahnya kondisi perkonomian global.”