Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo dan seluruh jajaran pemerintah mengaku telah menjaga APBN tetap sehat, berkualitas, dan berkelanjutan.
Pernyataan tersebut disampaikan Presiden Jokowi saat berpidato di depan seluruh anggota dewan saat peringatan HUT ke-70 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Kompleks Gedung Parlemen, Jumat (14/8).
“Kebijakan fiskal diarahkan untuk mendukung kemandirian fiskal melalui peningkatan penerimaan tanpa mengganggu iklim investasi,” katanya.
Menurutnya, pemerintah telah mengurangi ketergantungan pada penerimaan dari sumberdaya alam. “Kita kendalikan defisit anggaran dalam batas aman, dan kita jaga debt ratio, rasio hutang dalam batas yang terkendali.”
Selain itu, paparnya, pemerintah juga tata kembali sistem subsidi agar lebih tepat sasaran. “Kita juga dorong pembangunan infrastruktur, ketahanan pangan, dan perlindungan sosial.”
Seperti diketahui, menurut sumber Bisnis yang mengetahui perencanaan RAPBN 2016, pemerintah akhirnya bersikap lebih realistis dengan mematok asumsi pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2016 pada kisaran 5,5%, lebih rendah ketimbang APBN Perubahan 2015 sebesar 5,7%.
Dalam pembahasan paparan indikatif antara pemerintah dan Badan Anggaran DPR awal Juli lalu, disepakati rentang pertumbuhan pada level 5,5%-6,0%. Namun, pemerintah dipastikan mengambil angka paling bawah mengingat situasi eksternal yang kurang mendukung.
Adapun, tingkat inflasi pada RUU APBN 2016 dipatok pada 4,7%, atau lebih optimis ketimbang APBNP 2015, yaitu 5,0%.
Untuk nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dipatok Rp13.400, melesat jauh dibandingkan pada APBNP 2015 Rp12.500, sekaligus batas bawah dalam kesepakatan indikatif yang merentang antara Rp13.000-Rp13.400 per dolar AS.