Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

NOTULENSI SIDANG FOMC JULI: Ini Dia Arah Kebijakan Jangka Pendek the Fed

Kombinasi ambruknya pasar saham China dan ketidakpastian Yunani diyakini menunda normalisasi moneter AS hingga paruh pertama 2016.
the Federal Reserve di Washington D.C./Ilustrasi-en.wikipedia.org
the Federal Reserve di Washington D.C./Ilustrasi-en.wikipedia.org
Bisnis.com, WASHINGTON--Kombinasi ambruknya pasar saham China dan ketidakpastian Yunani diyakini menunda normalisasi moneter AS hingga paruh pertama 2016.
 
Dalam rilis notulensi Rapat Komite Terbuka Federal (FOMC) yang dilansir, Rabu (8/7) malam, otoritas moneter Amerika Serikat (AS) itu menyoroti krisis Yunani. "Banyak peserta rapat memperhatikan risiko Yunani terhadap gangguan pasar finansial di zona euro yang bisa berdampak pada AS," ungkap notulensi tesebut.
 
Selain itu, dalam catatan, the Fed juga memperhatikan risiko yang datang dari kontraksi China dan perlambatan ekonomi global. Kini, kondisi tersebut diperparah dengan fluktuasi tajam di pasar modal China yang dipastikan kian menekan pertumbuhan Negeri Panda.
 
Sementara itu, indeks Morgan Stanley menunjukkan the Fed takkan menaikkan suku bunganya atau Fed funds rate hingga kuartal I/2016. Indeks tersebut berbasis pada analis perdagangan berjangka.
 
Padahal, bulan lalu, sebelum Yunani memanas dan China terpelanting, indeks tersebut masih menunjukkan normalisasi pada akhir tahun ini.‎Kepala Manajemen Investasi Meritz Securities Co Park Sungjin menekankan Yunani memang akan menghambat.‎ "Waktu kenaikan suku bunga akan ditunda," katanya.
 
Kendati demikian, merujuk pada notulensi the Fed termutakhir, bank sentral mengisyaratkan momentum kenaikan suku bunga tetap akan dimulai tahun ini‎ secepat-cepatnya pada September 2015.
 
‎"Peserta rapat menekankan, untuk menentukan dimulainya normalisasi, diperlukan informasi tambahan yang mengindikasikan penguatan ekonomi dan sektor ketenagakerjaan," demikian seperti dilansir dari notulensi.
 
Meski Yunani hanya memiliki porsi kecil terhadap perekonomian Eropa, tetapi eksposur yang tinggi terhadap pasar Benua Biru, utamanya melalui kredit, membuatnya berisiko bagi pasar finansial. Terlebih, kreditur-kreditur terbesar Yunani, Jerman dan Prancis berkaitan erat dengan AS.
 
Sementara itu, kendati tak berhubungan langsung gejolak pasar saham China juga bisa ikut berefek pada AS. Pasalnya, kontraksi pertumbuhan China yang kian dalam berisiko memperlambat pertumbuhan global.
 
Di sisi lain, kekacauan di China dan Yunani juga akan melambungkan nilai dolar AS kian tinggi. Padahal, apresiasi dolar setahun belakangan mulai menunjukkan efek negatif terhadap pertumbuhan Negeri Paman Sam.
 
Kalangan pelaku usaha sudah mengeluhkan nilai dolar yang terlalu tinggi membuat aktivitas perdagangan internasional melemah. Konsumen lebih memilih produk dari luar AS karena harganya jauh lebih murah.
 
Kini, pascareferendum perhatian investor mulai beralih ke China. Bahkan‎, hitung-hitungan pasar mengestimasikan volatilitas saham China lebih berbahaya dibandingkan krisis Yunani.
 
Pemerintah Barack Obama buka suara soal situasi China. Gedung Putih ikut khawatir tentang perkembangan di Negeri Tembok Raksasa itu.
 
"Fokusnya adalah apa arti semua ini bagi pertumbuhan jangka panjang di China," kata Menteri Keuangan AS Jack Lew. Dia juga mempertanyakan respon para pembuat kebijakan China untuk meredam gejolak pasar.
 
Pasalnya hingga kini, berbagai upaya yang dilakukan pemerintah dan otoritas tak ampuh menenangkan pasar. Sejak tengah Juni tahun ini, indeks saham China tercatat jatuh sekitar 30%.
 
‎Langkah terbaru regulator China adalah melarang pemegang saham dengan porsi kepemilikan lebih dari 5% untuk menjual sahamnya selama enam bulan ke depan. (Reuters/Bloomberg/Ardhanareswari)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : bloomberg reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper