Bisnis.com, BOGOR – Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor Kementerian Perdagangan Ari Satria mengungkapkan selama ini pengembangan produk halal Indonesia terkendala pada minimnya data.
“Misalnya untuk produk makanan dan minuman (mamin) yang halal kita tidak tahu berapa jumlah ekspor yang sebenarnya karena tidak ada HS Code utnuk produk halal, yang ada hanya disebut makanan olahan,” tuturnya, baru-baru ini.
Kondisi yang sama juga terjadi pada produk fashion muslim yang juga tidak pernah diketahui dengan jelas potensi dan jumlah ekspornya.
Kementerian pun mencari strategi untuk mengatasi kendala itu. Cara yang dilakukan untuk memprediksi angka ekspor produk halal seperti makanan dan minuman, adalah dengan melihat jumlah ekspor ke negara-negara anggota OKI.
Menurutnya, sejauh ini ekspor mamin selalu menunjukkan tren peningkatan. Pada 2014, nilai ekspor makanan dan minuman ke negara-negara OKI sebesar US$ 763,6 juta atau sekitar 14,21% dari total ekspor makanan dan minuman.
“Ekspor produk halal dalam lima tahun ini menunjukkan tren positif yakni meningkat 11,71% dengan produk utama pasta, saus, dan tuna. Pasar tujuan ekspor yang terbesar yakni Malaysia,” ungkapnya.