Bisnis.com, JAKARTA--Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Indonesia (Asperindo) pesimistis penurunan biaya logistik tahun ini mencapai 19% dari Product Domestic Bruto (PDB).
Wakil Ketua Asperindo Budi Paryanta mengatakan ada dua kendala dalam upaya penurunan biaya logistik yakni infrastruktur dan regulasi. Asperindo menilai bahwa komponen biaya logistik tertinggi berada di persoalan infrastruktur sebesar 70%, regulasi sebesar 20%, dan sisanya dipengaruhi faktor-faktor lain.
"Kalau 19%, saya kira masih kecil kemungkinannya. Infrastruktur kita di semester dua tahun ini kelihatannya baru akan beres," katanya, Selasa (23/6/2015).
Dalam regulasi, menurutnya, masih terdapat biaya yang menumpuk mulai dari biaya gudang, biaya Regulated Agent (RA), dan regulasi kementerian lainnya. Dia menuturkan biaya logistik di negara kepulauan seharusnya menyentuh kisaran 15%-17,5%. Namun, saat ini biaya logistik sudah berada di 22,5%-27% dari PDB.
Selain itu, pemerintah juga akan kebut membangun 9 ruas prioritas jalan Tol Trans Jawa sejauh 615 km. Jalan yang menghubungkan Jakarta hingga Surabaya itu ditargetkan rampung pada 2018.
"Kalau infrastrukturnya bisa diwujudkan, dalam 2-3 tahun ke depan akan mengubah pola operasional kita yang dampaknya kelancaran arus barang dan itu menyangkut biaya logistik bisa ditekan," ucapnya.