Bisnis.com, JAKARTA — Industri batik nasional dinilai memiliki tantangan terbesar dari sisi produktivitas dan inovasi yang lebih kreatif agar dapat lebih diterima oleh kalangan muda.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan pelaku industri batik nasional harus mengoptimalkan produktivitas agar kuantitasnya tidak kalah dengan negara China yang bisa memproduksi secara massal.
“Tantangan kita tentu produktivitas yang besar. Kalau tidak nanti kalah dengan China yang bisa produksi massal. Kita harus siap hadapi tantangan itu,”katanya dalam Pembukaan Pameran Gelar Batik Nusantara 2015 di Jakarta Convention Center, Rabu(24/6/2015).
Kendati memaksimalkan kuantitas produksi, pelaku industri juga disarankan menjaga nilai, keindahan, dan kualitas batik. Jika tidak, maka khawatir akan terdegradasi oleh perubahan zaman yang semakin modern.
Selain itu, pengembangan inovasi batik ke arah kontemporer harus terus berjalan. Maka itu, sambungnya, dibutuhkan kreatifitas yang lebih tinggi oleh kalangan muda agar bisa diterima seluruh lapisan masyarakat, termasuk anak muda itu sendiri.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai ekspor batik pada 2010 tercatat hanya US$22 juta. Kemudian meningkat pesat mencapai US$340 juta pada 2014, dengan tujuan utama ekspor ke Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang, Belanda, Jerman, dan Inggris.
Sebagai informasi, Gelar Batik Nusantara merupakan perhelatan batik nasional Indonesia yang berlangsung secara reguler setiap 2 tahun sekali sejak 1996. Pameran itu diprakarsai oleh Yayasan Batik Indonesia (YBI) bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian.