Bisnis.com, SURABAYA—Sejumlah pabrik pengolahan baja di Jawa Timur menurunkan produksi akibat pasokan baja di pasaran melimpah dan daya serap pasar menurun.
Perusahaan produsen baja pelat, Gunawan Dianjaya Steel misalnya, kini hanya menggunakan 55%-60% dari kemampuan produksi tahunan 400.000 ton. Pada periode yang lampau, perusahaan yang bisa memproduksi baja pelat hingga panjang 12 meter ini menggunakan 80% kapasitas terpasang.
Direktur PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk. Hadi Sutjipto mengatakan penurunan utilisasi atau pemanfaatan mesin produksi karena permintaaan juga sedang lesu. Kondisi ini terjadi sejak awal tahun lalu dan berlangsung hingga sekarang.
Namun, lanjut dia, produksi tetap saja bisa dipenuhi bila ada pesanan. “Kami bikin bila ada order,” jelasnya, Selasa (16/5/2015), ketika ditanya apakah penurunan utilisasi tersebut sampai menghentikan aktivitas perseroan.
Hadi menuturkan penurunan produksi juga dipicu rendahnya harga baja di pasaran. Setidaknya bila dibandingkan dengan tahun lalu maka harga baja sudah turun 20%.
“Meski kami produksi berkurang, tapi baja di pasaran banyak, harga jual akhirnya juga turun,” katanya.
Baja yang beredar di pasaran, lanjut dia, disinyalir banyak yang berasal dari China – yang memiliki kapasitas produksi 12 juta ton per tahun. Selain itu, ada produsen baja pelat dalam negeri yang baru beroperasi pula.
Dia juga tidak bisa memperkirakan sampai kapan lesunya industri baja dalam negeri. Pasalnya, kebijakan penerapan bea masuk khusus dari negara produsen juga tidak efektif melindungi industri baja nasional, mengingat China tidak termasuk.
Merujuk pada laporan keuangan (unaudited) Gunawan Dianjaya Steel per Maret 2015, perusahaan yang melantai di bursa saham dengan kode GDST ini membukukan penjualan Rp200 miliar pada tiga bulan pertama 2015. Nilai itu turun 39% dibanding dengan penjualan periode sama tahun sebelumnya Rp333,6 miliar.
Pelemahan penjualan, selisih kurs bahan baku, membuat perusahaan berbasis di Surabaya ini mencatatkan rugi periode berjalan Rp18,2 miliar. Tiga bulan pertama pada 2014, perseroan masih mencatatkan untung Rp24,66 miliar.
Penurunan produksi juga dialami PT Jaya Pari Steel Tbk., dan Betonjaya Manunggal.