Bisnis.com, SURABAYA - Industri garmen dalam negeri yang berorientasi ekspor tahun ini berangsur membaik karena permintaan atau order dari Amerika Serikat makin tumbuh setelah ada peralihan order dari China ke negara lain di Asia Tenggara.
Corporate Administration Manager PT Eratex Djaja Tbk, Juliarti Pudji K mengatakan selain permintaan Amerika yang perlahan meningkat, kuatnya dolar AS juga sangat mendukung bisnis garmen saat ini.
"Meski industri garmen semakin membaik, tetapi masih ada tantangan yakni biaya operasional di Indonesia yang terus meningkat, juga kurangnya infrastruktur logistik yang memadai menimbulkan ancaman bagi industri garmen," katanya dalam paparan publik Eratex Djaja, di Surabaya, Senin (15/6/2015).
Dia mengatakan untuk meningkatkan kinerja dan mencapai target penjualan US$60,2 juta atau lebih tinggi 10% dari tahun lalu, Eratex juga akan melakukan peremajaan mesin agar menghasilkan produk yang berkualitas.
Adapun tahun ini, Eratex menargetkan laba kotor sebesar US$ 6,8 juta atau naik 12% dari pencapaian 2014.
Sedangkan laba operasional dan laba bersih ditargetkan mencapai US$3,9 juta dan US$2,7juta atau naik 13,3% dan 20,6% dari pencapaian 2014.
Sepanjang kuartal I/2015, penjualan Eratex yang dibukukan sudah mencapai US$16,2 juta atau tercapai 26,9% dari target tahunan 2015.
Juliarti mengatakan untuk memahami target-target 2015 dan pencapaian kuartal I/2015, Eratex perlu melihat kinerja 2014.
Di mana jumlah produksi garmen Eratex tercatat hanya 6,12 juta lembar atau lebih rendah 7,49% dari produksi 2013 yakni 6,64 juta lembar.
Sedangkan angka penjualan pada 2014 mencapai US$54,4 juta atau lebih rendah 4,5% dari pencapaian 2013.
"Kami menggunakan pendekatan order produk garmen dengan lebih selektif. Memang awalnya angka penjualan itu turun, tetapi dengan selektif memilih pasar serta meningkatkan kualitas membuat buyer puas dan terus melakukan order," jelas Juliarti.