Bisnis.com, JAKARTA - Akibat kurs dolar yang menguat pada kuartal I, PT SHARP Electronic Indonesia (SEID) mengganti strategi pembiayaan dengan mata uang asal negara penyuplai bahan baku.
Untuk menekan potensi kerugian, General Manager National and Sales SEID Andry Ady Utomo menyatakan untuk menanggulangi krisis semester lalu, SEID telah menaikkan harga barang elektroniknya dan dari sisi purchasing SEID tidak lagi memakai acuan dolar.
"Jadi kalau beli spare part dari Malaysia, kami pakai ringgit, kalau kami beli dari China kami pakai Yuan, ini secara bertahap akan kami lakukan," ungkap Andry di Hotel Westin, Nusa Dua Bali, Jumat (12/6/2015).
Andry mengaku kapok dengan kondisi mata uang rupiah yang terus anjlok karena kurs dolar. Dia mengaku saat ini SEID hanya bisa mengcover harga akibat kurs dolar untuk pada Rp14.000. Jika mengalami perubahan dolar Rp15.000, SEID pun terpaksa menaikkan harga Rp16.000. Saat ini SIED memakai patokan nilai rupiah sekitar Rp13.900.
"Kami tidak mau profit kami hilang hanya karena US dolar. Karena kalau pakai acuan mata uang negara asli, kami masih bisa negosiasi, otomatis kami masih bisa jaga harga," ungkapnya.
Tak hanya itu, Andry membeberkan ada pula strategi lain yang digunakan yakni mengubah strategi penjualan dari push strategy menjadi pull strategy.
Pasalnya pull strategy mencoba membantu setiap toko untuk mencairkan stoknya. Jika stok toko berkurang maka otomatis dia akan order lagi ke pabrik.
SEID menargetkan 2015-2016 bisa mencapai total penjualan 115% dengan rincian penjualan 1,5 juta unit lemari es, 1 juta unit mesin cuci, 1 juta unit AC, dan 1 juta unit LED TV kepada 500 orang dealers di seluruh Indonesia.