Bisnis.com, MANADO – Italian Trade Agency (ITA) menawarkan sejumlah peluang kerjasama perdagangan yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku usaha asal Indonesia, khususnya dari Sulawesi Utara.
Trade Commisioner ITA Samuelle Porsia mengungkapkan khusus di wilayah Sulawesi Utara pihaknya membuka kesempatan perdagangan di sektor pertanian dan perkebunan, misalnya kelapa, kopi Toraja, lada dan jagung.
“Selain itu kami juga membuka kesempatan untuk kerjasama di bidang pariwisata, pertambangan dan perikanan,” ujarnya usai menggelar Konferensi Peluang Investasi dan Perdagangan di Sulawesi Utara, Selasa (9/6).
Bahkan, lanjutnya, saat ini sudah ada pelaku usaha asal Italia yang siap menampung sejumlah produk asal Indonesia, misalnya kayu, cangkang sawit, kayu manis batangan dan kerang.
Khusus untuk produk kayu, jelasnya, memang sudah ada kesepakatan dengan pemerintah Indonesia sehingga ekspor kayu ke Italia akan lebih mudah. Apalagi di Indonesia sudah ada sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK).
Sementara, produk sawit asal Indonesia memang merupakan bahan ekspor terbesar Indonesia yang dikirim ke Italia dengan nilai 1,045 miliar euro pada 2014 atau meningkat 30,29% dari tahun sebelumnya yang hanya 802,72 juta euro. Selain itu, cangkang sawit asal Indonesia dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk pemanas ruangan karena memiliki nilai kalori yang tinggi.
Namun, untuk produk kayu manis, pelaku usaha asal Italia memang memerlukan produk tersebut kendati memang tidak berupa serbuk melainkan masih batangan. Tujuannya sebagai hiasan dalam hidangan.
Sayangnya, lanjutnya, di sektor pariwisata, dia menilai baik pemerintah pusat maupun Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara kurang memberikan promosi yang baik sehingga minat wisatawan untuk mengunjungi Bumi Nyiur Melambai semakin meningkat.
“Negara-negara Eropa melihat provinsi Sulawesi Utara memiliki potensi yang besar di sektor pertanian, perkebunan dan pariwisata. Butuh sentuhan pemerintah lokal untuk lebih memberikan informasi dan promosi sehingga Sulawesi Utara bisa terkenal seperti Bali dan Lombok,” ujarnya.
Tak hanya Italia, Swiss dan sejumlah negera Eropa tampaknya mulai melirik potensi perdagangan untuk Sulawesi Utara. Representative Indonesia Swiss Import Promotion Progamme Aris Darujo mengungkapkan Sulawesi Utara memiliki produk yang sangat diminati yakni rempah-rempah dan technical wood.
“Hanya saja memang promosi yang dilakukan Indonesia kurang sekali dibandingkan dengan Malaysia dan Vietnam. Saya tidak akan tahu sendiri kalau Sulut punya produk kayu kalau tidak datang ke lokasi,” katanya.
Tahun ini, lanjutnya, pihaknya sudah menjalin kerjasama dengan Kementerian Kelautan dna Perikanan agar produk rumput laut bisa dipasarkan ke Eropa. Selain itu juga untuk produk-produk furniture
“Bulan Mei kemarin kami ada buyer nation rumput laut. Nanti juga bakal ada food indigridien di Paris dan trade expo di Jakarta,” katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Sulawesi Utara (Kadin Sulut) Jhonny Lieke mengungkapkan produk-produk asal Sulut memang masih banyak didominasi oleh usaha kecil menengah (UKM)
“Namun, kami berharap agar dengan dibukanya ruang diskusi bersama pelaku usaha yang dinaungi ITA maka bisa memberikan nilai tambah bagi Sulut,” katanya.
Dia menambahkan masalah utama yang dihadapi pelaku usaha asal Sulut ketika merangsek ke pasar ekspor adalah soal pemenuhan volume dan penjaminan kualitas. Pasalnya, dengan masih berupa UKM kadang pelaku usaha kewalahan ketika menerima pesanan dalam jumlah yang besar.
Lieke berharap agar pelaku usaha yang masih berupa UKM dan ingin menjajal pasar ekspor maka pihaknya meminta agar segera mengurus letter of credit (L/C) ekspor. “Kalau memang kesulitan dalam kepengurusan tersebut, Kadin Sulut siap memfasilitasi,” katanya.