Bisnis.com, BEKASI--Pelaku usaha properti asal Jepang, Toyota Housing Corporation melalui anak usahanya Toyota Housing Indonesia menyatakan tertarik turut serta dalam program sejuta rumah.
Presiden Direktur Toyota Housing Corporation Tadashi Yamashina menyampaikan soal potensi pasar di Indonesia yang sangat gemuk.
“Indonesia dengan penduduknya yang mencapai 245 juta jiwa merupakan potensi pasar yang besar. Dengan jumlah penduduk sebesar itu, suplai hunian dari developer selama ini masih belum memenuhi kebutuhan papan,” tuturnya dalam acara pengenalan Rumah Model Toyota, Kamis (4/6/2015).
Saat ini, Toyota Housing Indonesia masih menjalankan skema pembelian lahan dan hanya membangun rumah, karena masih memerlukan studi cara pengembangan kawasan di tanah air.
“Kami memelajari masalah perizinan dan juga kebutuhan masyarakat. Ke depannya kami berharap dapat berkontribusi dalam mengurangi defisit hunian (backlog) di Indonesia,” tuturnya.
Beberapa waktu lalu, perusahaan sudah menjalin komunikasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) agar dapat ikut serta dalam program sejuta rumah.
Akihiro berpendapat penyeselaian kebutuhan hunian bukan cuma soal menyediakan banyak suplai, tetapi juga kecepatan konstruksi.
“Pengembangan rumah umumnya membutuhkan waktu 8 bulan sampai 1 tahun. Makanya kami menawarkan konsep Rumah Toyota dengan pengembangan relatif cepat untuk ikut serta dalam program (sejuta rumah),” tuturnya.
Untuk mengembangkan rumah murah, pihaknya juga masih dalam tahap studi mengenai bahan baku. Sementara ini, 99% komponen rumah menggunakan material lokal.
Presiden Direktur Toyota Housing Indonesia Akihiro Hara menjelaskan teknologi rumah tapak yang dibuat perusahaannya memiliki beberapa keunggulan, yaitu bahan insulator sebagai penyerap panas, tahan gempa, anti bocor dan cuaca ekstrem, serta waktu pembangunan hanya sekitar 3 bulan- 4 bulan.
Pada kesempatan yang sama, pakar properti Hiramsyah S. Thaib menyampaikan pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 1,6% per tahun dengan pertambahan kebutuhan hunian pun 800.000 unit per tahun. Sedangkan suplai rumah masih jauh dari angka tersebut.
“Defisit hunian masih menjadi masalah utama, karena itu perlu adanya teknologi pengembangan rumah secara cepat. Saya rasa Rumah Toyota ke depannya akan menyasar segmen yang lebih menengah ke bawah,” katanya.
Selain menyediakan pasar yang gemuk, sambung Hiramsyah, potensi bisnis properti tanah air didukung tren suku bunga yang terus menurun.
Bila 10 tahun lalu suku bunga mencapai 18%, kini sudah di bawah 10%.
Selain itu, pendapatan per kapita masyarakat pun naik dua kali lipat setiap 5 tahun.