Bisnis.com, BANDUNG - Implementasi Indonesia Incorporated menghadapi tiga hambatan klasik yaitu masalah koordinasi, political will dan pengawasan terhadap proses realisasinya.
Mohamad Hery Saripudin, Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, mengatakan Indonesia Incorporated sebaiknya segera diterapkan di berbagai sektor seperti perdagangan, investasi, pariwisata, jasa dan sektor strategis lainnya.
"Di Asean yang telah memiliki konsep ini [incorporated] yaitu Singapura. Indonesia saya yakin bisa sepanjang ada political will," ujar Hery seusai menjadi pembicara diskusi tentang MEA di Unpad Bandung, Senin (18/5/2015).
Hery menjelaskan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Indonesia harus memperkuat empat pilar yaitu membangun basis produksi, mengembangkan kawasan ekonomi berdaya saing tinggi, menciptakan kawasan dengan pembangunan ekonomi yang adil dan merata, serta melakukan integrasi menuju ekonomi global.
Menurut dia, MEA memunculkan peluang di mana terdapat pasar tambahan sekitar 340 juta tenaga kerja, ekspansi perusahaan Indonesia, sumber investasi asing, sumber wisatawan asing, memperlancar arus perdagangan, dan efisiensi produksi.
Akan tetapi, tantangannya juga harus diatasi terutama menyangkut daya saing ekonomi, infrastruktur, keterbatasan pemahaman tentang Asean kompleksitas regulasi, dan kepastian hukum, birokrasi yang tidak efisien, kualitas SDM, pola pikir inward looking.
Dalam penjelasan Paul P. Streeten, inward looking adalah strategi pembangunan yang menekankan pada pembangunan industri domestik sebagai pengganti produk impor. Strategi itu ditempuh dengan cara proteksi industri domestik lewat tarif dan berbagai restriksi impor, untuk kemudian dalam jangka panjang melalui diversifikasi industri menuju kompetisi ekspor.