Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Bidang Pemasaran Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (GAPKINDO) Moenardji Soedargo mengatakan, saat ini ada semangat dari semua elemen pelaku pasar di dalam mata rantai perdagangan karet yang mulai menyadari dan mulai memperhatikan kelestarian dan keekonomisan harga karet ke depannya.
“Para stake holder melihat bahwa harga yang terus tertekan tidak akan sustainable secara ekonomi. Para stake holder di sepanjang mata rantai perdagangan mulai khawatir, mulai dari para perusahaan processor, bahkan hingga ke pemerintah.”
Pada bulan lalu misalnya, pemerintah menjanjikan peningkatan konsumsi karet dibidang infrastruktur. Gapkindo, sambung Moenardji, sangat menghargai upaya yang dilakukan pemerintah untuk menyiasati penyerapan karet alam di dalam proyek infrastruktur. Pada masa lalu langkah seperti ini belum pernah diseriusi.
Kemudiaan, negara produsen karet lainnya pun menunjukkan kepedulian terhadap rendahnya harga. Hal tersebut terlihat dalam langkah Vietnam untuk bergabung ke dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC) yang beranggotakan Indonesia, Thailand, dan Malaysia. Dukungan juga disuarakan oleh pihak swasta.
“Private sector juga menyuarakan bahwa harga yang sangat rendah ini akan sangat tidak sustainable. Tentu private sector processor ini tidak bisa sendiri, dia menggugah juga dalam mata rantai selanjutnya.” []