Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HM Sampoerna Waspadai Tekanan Segmen SKT Berlanjut

PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) memperkirakan tekanan pada segmen sigaret kretek tangan (SKT) akan berlanjut tahun ini, sehingga memengaruhi kinerja keuangan mereka yang sempat tertekan pada 2014.nn

Bisnis.com, SURABAYA—PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) memperkirakan tekanan pada segmen sigaret kretek tangan (SKT) akan berlanjut tahun ini, sehingga memengaruhi kinerja keuangan mereka yang sempat tertekan pada 2014.

Presiden Direktur Sampoerna Paul Norman Janelle mengakui 2014 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi perusahaannya, seiring dengan makin ketatnya kompetisi dan pergeseran konsumen dari SKT ke sigaret kretek mesin (SKM).

“Kami mengalami penurunan volume penjualan SKT sebesar 22,9% tahun lalu dibandingkan periode 2013. Pada triwulan I/2015, volume penjualan SKT terus mengalami tren penurunan sebesar 7,1%,” katanya usai rapat umum pemegang sahan (RUPS) di Surabaya, Senin (27/4).

Pada kuartal I/2015, volume industri HM Sampoerna mengalami pertumbuhan 6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Perusahaan itu menjual 78 miliar batang pada tiga bulan pertama tahun ini, naik dari capaian 74 miliar batang pada kuartal I/2014.

Adapun, total penjualan bersih (tidak termasuk cukai) HM Sampoerna selama triwulan I/2015 menyentuh Rp11,9 triliun, dengan pangsa pasar sekitar 35,4%. Portofolio SKM masih menjadi pendorong utama pertumbuhan dengan peningkatan volume penjualan sebesar 9%.

Sepanjang 2014, Sampoerna mengklaim mempu bertahan dari tekanan pasar dengan mencetak total penjualan tahunan sejumlah 109,7 miliar batang dan pendapatan bersih senilai Rp10,2 triliun.

Tahun lalu, Sampoerna dan Philip Morris juga menjadi perusahaan yang membayar pajak tertinggi di Indoensia, dengan total Rp52 triliun. Angka itu terdiri dari pungutan cukai, pajak pertambahan nilai, pajak penghasilan perusahaan, dan pajak daerah.

“Penurunan berkelanjutan dari segmen SKT, kenaikan pajak cukai, dan perubahan ketentuan pembayaran cukai akan menjadi tantangan tambahan pada 2015. Meski demikian, kami tetap yakin pada kemampuan karyawat dan portofolio merek kami yang terdepan,” imbuh Paul.

Direktur Keuangan Sampoerna Yos Adiguna Ginting menambahkan pihaknya akan meminta pemerintah mempertimbangkan ulang kenaikan pajak sebesar 11%, yang menjadi beban terberat pelaku usaha berbasis tembakau.

“Kami meminta adanya simplifikasi dari struktur yang ada sekarang, kalau tidak ini akan menjadi situasi lose-lose bagi pemerintah maupun pelaku industri,” jelasnya. Selain itu, masalah perdagangan rokok ilegal juga menjadi tantangan tersendiri tahun ini.

Rokok ilegal yang dimaksud, kata Yos, adalah rokok yang tidak berpita cukai, berpita cukai palsu, maupun berpita cukai resmi tapi tidak sesuai peruntukan. Dia mengungkapkan 11% dari rokok yang berderar saat ini adalah ilegal.

Hal tersebut, sebutnya, membawa kerugian negara senilai Rp5 triliun-Rp9 triliun pada 2014. “Tidak hanya itu, ini merugikan pemain resmi industri rokok, karena harus bersaing dengan rokok-rokok ilegal tersebut.”

Secara keseluruhan, pada triwulan I/2015 perusahaan yang berbasis di Surabaya itu berhasil membukukan penjualan bersih senilai Rp21,6 triliun, naik 17,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Adapun, total laba bersih pada Januari-Maret 2015 mencapai Rp2,9 triliun.

Berdasarkan capaian tersebut, Sampoerna sepakat untuk membagikan dividen senilai Rp,4,27 triliun atau setara dengan Rp975/lembar saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper