Bisnis.com, BANDUNG—Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat menilai pengembangan sektor industri kreatif di kawasan itu masih minim, akibatnya para pelaku belum tumbuh secara maksimal.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jabar Fery Sofwan Arief mengatakan agar industri kreatif tumbuh maksimal saat ini pihaknya tengah menggenjot kegiatan beorientasi ekspor berupa pelatihan cara bernegosiasi, sistem kontrak, dan lainnya.
"Sehingga kita makin tahu, regulasinya sebetulnya seperti apa. Jangan-jangan tidak laku karena kurang pemahaman regulasi," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (21/4).
Fery menjelaskan agar bisa bersaing di kancah internasional terutama menghadapi MEA, produk-produk kerajinan dari pelaku usaha yang diperkirakan 300.000 unit tersebut harus lolos SNI [Standar Nasional Indonesia] dari segi bahan baku dan bahan pendukungnya.
Menurutnya, hal itu yang menjadi dorongan bagaimana setiap produk memenuhi kriteria standarisasi dan sertifikasi internasional dengan harapan bisa bersaing saat produk luar masuk.
"Harus memenuhi standar-standar, sperti produk dari kayu yang harus menggunakan pengawet yang tidak membahayakan. Namun, bahan bambu memang belum punya standar, yang banyak juga digunakan untuk kerajinan," paparnya.
Selain itu, lanjut dia, para pelaku usaha butuh pelatihan desain produk yang baru agar ada kekhasan kemasan produk terutama untuk bersaing di Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Menurut Fery, di ajang promosi antarnegara, ada produk yang mirip sehingga jadi perbandingan, di sana kekhasan sangat penting. Para pelaku usaha dituntut untuk semakin inovatif dan kreatif.
Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil-Menengah, dan Perindustrian Perdagangan (KUKM Indag) Kota Bandung Eric M. Attauriq mmengatakan industri kreatif di kawasan itu sudah lama bersaing di kancah internasional, namun masih belum berkelanjutan. Padahal, penjualan produk-produknyanya sangat inovatif dan kreatif.
"Salah satunya produk asal Bandung pernah mendapat apresiasi dari pemerintah pusat, peringkat pertama art and craft award, untuk kategori kerajinan batu dan kayu. Mereka membuat kacamata dan produk lainnya," ujarnya.
Menurutnya, saat ini yang harus dilakukan yakni memikirkan cara agar produk industri kreatif Kota Bandung mampu berdaya saing terutama saat pemberlakuan MEA.
Oleh karena itu, pihaknya butuh sinergitas bersama pemerintah provinsi serta pusat untuk solusinya.
"Kota bandung memiliki potensi dan memiliki daya jual yang cukup bagus dengan kualitas yang baik, namun sayang kebanyakan teman-teman [pelaku usaha] belum bisa menangkap peluang terhadap globalisasi saat ini," katanya.
Sementara itu, Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor Kementerian Perdagangan Indonesia mengatakan pemerintah kabupaten/kota maupun provinsi harus bisa menjadi fasilitator untuk mempromosikan produk industri kreatif di kancah internasional.
"Kalau di Jakarta ada Inacraft yang sudah berjalan 17 tahun. Nah, daerah lain pun harus menggelar kegiatan serupa,” ujarnya.
Dia mengakui potensi kerajinan di Jabar sangat banyak karena merupakan gudang pemuda kreatif, di mana pemerintah harus berpikir bisnis.
Menurutnya, kendala secara umum yang masih dihadapi yakni pengembangan desain.
"Kalau perlu pemerintah mendatangkan desainer-desainer dari luar negeri untuk membantu desainer dalam negeri," katanya.