Bisnis.com, JAKARTA—Wakil Presiden Jusuf Kalla bertemu dengan perwakilan pemerintah Rusia untuk mendiskusikan kelanjutan kerja sama investasi proyek pengolahan Alumina dan kereta api di Kalimantan Barat.
Kalla mengatakan kerja sama bidang pertambangan dan infrastruktur yang bernilai investasi besar itu tidak mudah dilakukan oleh kedua negara. Terlebih keduanya sedang mengalami masalah perlambatan ekonomi.
Kendati demikian, lanjut dia, Rusia menegaskan tetap berkomitmen melanjutkan kerja sama proyek pengolahan Alumina dan pembangunan jalur kereta api di Kalimantan Barat.
“Kerja sama yang besar itu memang tidak mudah bagi kedua negara, tapi mereka tetap konsisten melanjutkan dua proyek itu, alumina dan kereta api,”ujarnya usai bertemu Wakil Perdana Menteri Rusia bidang Perekonomian di Kantor Wakil Presiden, Senin(20/4/2015).
Sayangnya, dia enggan merinci nilai investasi yang digelontorkan dalam dua proyek tersebut. Saat ini, investor masih melakukan studi kelayakan (feasibility study) proyek.
Rencana pembangunan smelter oleh Rusal bukan wacana baru. Sekitar lima tahun lalu, Rusal dan PT Aneka Tambang telah meneken nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) untuk membangun smelter di Tayan, Kalimantan Barat. Namun lantaran krisis perjanjian itu sempat tidak dilanjutkan.
Wakil Perdana Menteri Rusia bidang Perekonomian Arkady Dvorkovich menambahkan proyek pembangunan kereta api sedang dalam proses perancangan. Dia memastikan akan memulai pengerjaan proyek pada tahun depan.
Menurut dia, kondisi ekonomi Rusia memburuk dalam beberapa bulan terakhir karena terpengaruh oleh nilai tukar.
Namun, saat ini pemerintah Rusia membawa strategi baru dengan mengembangkan kerja sama di sektor minyak dan gas (Migas), logistik, perdagangan, produk pertanian, dan sektor investasi lain.
Perusahaan asal Rusia, Russian United Co Rusal PLC (Rusal) berencana membangun pabrik pengolahan bauksit menjadi alumina di Kalimantan Barat.