Bisnis.com, JAKARTA -- Perekonomian Asia diyakini akan berlanjut tumbuh agresif, merujuk pada upaya negara-negara regional ini yang konsisten mengimplementasikan reformasi struktural di berbagai sektor pertumbuhan.
Deputi Sekretaris Jenderal Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Mari Kiviniemi menyampaikan saat ini negara-negara Asia telah menerapkan langkah serupa dengan China. Langkah tersebut diyakini membawa negara itu pada pertumbuhan tinggi seperti saat ini.
"Asia memang masih memiliki banyak pekerjaan rumah, mulai dari peningkatan produktivitas, pengentasan korupsi, dan meningkatkan stabilitas perekonomian. Untuk itu saya merekomendasikan untuk mempercepat proses integrasi,” ungkap Kiviniemi dalam paparannya pada World Economic Forum di Jakarta, Senin (20/4/2015).
Dia menuturkan saat ini mengimplemementasikan reformasi struktural sudah menjadi program prioritas para pemimpin negara-negara Asia.
Untuk itu, Mari menyatakan dunia mendukung proses reformasi tersebut, karena mengerek signifikan perekonomian di kawasan ini.
Selain itu, Mari menggarisbawahi pemerintah negara-negara Asia pun harus terus mengupayakan perwujudan iklim yang kondusif bagi pelaku bisnis, menjadi mintra masyarakat, serta berusaha mengatasi ketimpangan yang selama ini masih menjadi persoalan utama yang menghambat pertumbuhan.
Dalam laporannya yang dipublikasikan akhir Maret lalu, Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) mengestimasi negara-negara berkembang Asia akan tumbuh di level 6,5% pada tahun ini, tingkat yang sama dengan proyeksi tahun depan, naik dari pertumbuhan tahun lalu 6,3%.
Dengan pertumbuhan sebesar 6,3% tahun lalu tersebut, Asia telah berkontribusi sedikitnya 2,3% pada total produk domestik bruto (PDB) dunia. ADB pun mencatat sedikitnya tumbuh di atas 7% seperti China, Republik Laos, dan Sri Lanka.