Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Irak, yang sedang berjuang menumpas gerakan Islam radikal ISIS, menyatakan minat untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dengan Indonesia, khususnya di sektor energi.
Ibrahim al-Jaafari, Menteri Luar Negeri Irak, mengatakan Indonesia dan Irak harus memupuk hubungan bilateral yang didasari oleh mengenal karakteristik masing-masing negara.
"Pertama, meningkatkan kerja sama di bidang perekonomian. Apalagi Indonesia merupakan negara produsen," katanya seusai pertemuan bilateral dengan Menlu RI Retno Marsudi, Minggu (19/4/2015).
Dalam pertemuan yang berlangsung di sela-sela gelaran peringatan 60 tahun KAA, Irak menyatakan minat untuk menjalin kerja sama ekonomi di bidang energi.
Duta Besar Indonesia untuk Irak Safzen Noerdin menuturkan pertemuan tersebut tidak membicarakan kerja sama ekonomi secara detail.
"Pembicaraan tidak sampai detail, tapi soal ekonomi fokusnya energi, khususnya minyak," ujarnya.
Pada 2013 dan 2014, Indonesia memiliki kerja sama dagang dengan negara-negara di Timur Tengah itu terkait pembelian minyak mentah. Namun, kerja sama tersebut tidak berlanjut pada tahun ini.
Pada periode tersebut, kontrak pembelian minyak Pertamina mencapai 35.000 barel per hari atau sekitar 1 juta barel/bulan. Adapun produksi minyak mentah Irak mencapai 4 juta barel per hari. Dengan target ekspor sekitar 75% dari produksi nasional.
Irak Berminat Tingkatkan Kerja Sama Sektor Energi dengan RI
Pemerintah Irak, yang sedang berjuang menumpas gerakan Islam radikal ISIS, menyatakan minat untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dengan Indonesia, khususnya di sektor energi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Ana Noviani
Editor : Yusuf Waluyo Jati
Topik
Konten Premium