Bisnis.com, JAKARTA – PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. berencana tidak ikut dalam proyek ekspor ayam olahan ke Jepang. Perseroan mengaku tidak ingin menambah tekanan karena investasi ekspor ayam olahan itu berisiko tinggi.
Koesbyanto Setyadharma, Direktur Japfa Comfeed Indonesia, mengatakan investasi untuk ekspor ayam olahan itu berisiko tinggi. Apalagi, jumlah ekspor yang masih kecil sehingga perseroan memilih untuk tidak ikut melakukan ekspor ke Negeri Sakura tersebut.
“Kami kan dulu sudah sempat ekspor ke sana pada kisaran 2003 sampai akhirnya pihak Jepang menutup impor dari Indonesia karena flu burung. Kami pun merugi besar, kalau mau Jepang yang investasi di sini, baru kami mau ekspor,” ujarnya kepada Bisnis.com setelah paparan publik pada Selasa (14/4/2015).
Markus, sapaan akrab Koesbyanto mengatakan investasi untuk mengembangkan produksi ayam olahan itu besar. Jadi, kalau nanti Indonesia kembali ditutup keran ekspornya oleh Jepang, maka investasi itu akan jadi sia-sia.
“Kemarin, sempat dari pihak Jepang dan pemerintah melakukan pengecekan terhadap produksi kami, hasilnya sudah positif. Tapi, tampaknya kami tidak akan ikut,” ujarnya.
Sebelumnya, pemerintah telah bekerja sama dengan Jepang untuk membuka keran ekspor ayam olahan ke Jepang pada tahun ini dengan target ekspor senilai US$200 juta atau Rp2,58 triliun.
Ada satu emiten pakan ternak yang sudah siap untuk melakukan ekspor ayam olahan ke Jepang yaitu PT Malindo Feedmill Tbk. (MAIN).
Sementara itu, dalam paparan publik itu, JPFA mengaku sedang melakukan pendekatan dengan beberapa negara untuk ekspor bibit ayam pada Mei atau Juni nanti. Namun, perseroan enggan menyebutkan beberapa negara yang tertarik dengan produk bibit ayamnya tersebut.
Bambang Budi Hendarto, Wakil Presiden Direktur Japfa Comfeed Indonesia, sempat mengatakan dalam paparan publik bahwa jumlah angka ekspor bibit ayam nantinya masih dalam jumlah yang kecil.
Dessy Lapagu, analis PT BNI Securities, mengatakan keputusan JPFA untuk tidak ikut ekspor ayam olahan ke Jepang mungkin karena perseroan ingin fokus di industri pakan ternak. Pasalnya, kontribusi pakan ternak masih menjadi yang utama untu perseroan.
“Lagipula, kalau pun JPFA ekspor ayam olahan, kontribusinya kepada perseroan masih kecil,” ujarnya.
Adapun, rencana ekspor bibit ayam yang dilakukan JPFA disebut sebagai salah satu cara untuk bisa sedikit melepas tekanan dari harga anak ayam sehari atau days old chick (DOC) dari dalam negeri yang kurang bagus.
Dessy mengatakan harga doc dan ayam broiler dalam negeri terlalu fluktuatif. Kalau rencana JPFA terkait ekspor bibit ayam bisa direalisasikan, maka perseroan bisa mendapatkan pendapatan dari dolar AS. Hal itu bisa menjadi penahan tekanan terhadap kinerja perseroan.