Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri pulp dan kertas pesimistis kinerja tahun ini berakhir dengan pertumbuhan kinerja, setelah realisasi produksi pada kuartal I/2015 anjlok 30%-40% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Rusli Tan mengatakan penyebab utama merosotnya kinerja industri adalah sepinya permintaan dunia, baik untuk pulp maupun kertas. Selain itu, pelambatan pertumbuhan ekonomi China menjadi penyebab lain.
“Sekarang China menjual kertas dengan harga sesukanya. Ditambah lagi stok produk di pasar tidak habis dalam tiga bulan,” tuturnya, Selasa (14/4/2015).
Data Kementerian Perindustrian menunjukkan kebutuhan kertas di kancah global kini berkisar 394 juta ton. Jumlah ini diyakini tumbuh 24,4% menjadi 490 juta ton pada 2020.
Konsumsi kertas di dunia diramalkan tumbuh rerata 2,1% per tahun, sedangkan pasar negara-negara berkembang naik 4,1% per tahun dan negara maju 0,5%.
Rusli mengatakan upaya pemerintah untuk mempercantik produk perkayuan dengan sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) tidak membuahkan hasil. Menurutnya, sertifikat dunia sustainable forestry initiative (SFI) lebih laku saat ini.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 64/2012 tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan ditetapkan mulai 1 Januari 2013 disyaratkan dokumen sistem verifikasi lega litas kayu (SVLK).
Kebijakan tersebut berlaku secara mandatori untuk produk kayu olahan khususnya produk pulp dan kertas untuk memastikan legalitasnya. Tapi aturan ini dirasa menghambat aktivitas ekspor kertas. “Ada in dikasi ekspor kita ke Eropa menurun, ka rena mereka tidak suka SVLK,” katanya.
Selama itu, Indonesia merupakan salah satu produsen bubur kertas dan kertas yang diperhitungkan di dunia. Untuk pulp peringkat RI ke-9, sedangkan produksi kertas di urutan ke-6. Di level Asia, produksi pulp dan kertas Indonesia nomor tiga terbanyak.
Rusli mengatakan dengan capaian kuartal I ini, APKI pesimistis industri kertas akan merosot hingga 30% pada kinerja 2015. “Tren penggunaan kertas yang terus menipis atau dikenal sebagai paperless menjadi faktor lain,” tambahnya.
Pada tahun lalu utilisasi produksi kertas sekitar 80%. Persentase ini berasal dari kapasitas produksi 13 juta ton tetapi realisasi produksi hanya 10,4 juta ton.