Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kampar Bertekad Menjadi Lokomotif Pangan di Sumatra

Kabupaten Kampar Provinsi Riau perlahan tapi pasti mengembangkan berbagai komoditas hortikultura, perikanan, dan peternakan. Lahan-lahan rawa dan gambut kini disulap menjadi pusat budidaya berbagai komoditas pertanian. Ratusan masyarakat setiap tahunnya diajarkan berbagai keterampilan di Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S).
Bupati Kampar dan Kepala BI Riau Panane Bawang/A.Dadan M
Bupati Kampar dan Kepala BI Riau Panane Bawang/A.Dadan M

Bisnis.com, PEKANBARU--Kabupaten Kampar Provinsi Riau perlahan tapi pasti mengembangkan berbagai komoditas hortikultura, perikanan, dan peternakan. Lahan-lahan rawa dan gambut kini disulap menjadi pusat budidaya berbagai komoditas pertanian. Ratusan masyarakat setiap tahunnya diajarkan berbagai keterampilan di Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S).

Kabupaten Kampar di Riau dengan luas area mencapai 1,1 juta hektare hanya ditempati oleh sekitar 800.000 penduduk. Lokasi kampar yang merupakan penyangga Pekanbaru sebagai Ibu Kota Riau dan berbatasan langsung dengan provinsi Sumatra Barat yang terkenal dengan kesuburan tanahnya merupakan keunggulan komparatif yang harusnya bisa menyejahterakan masyarakatnya. 

Namun, sejak lama di Kampar masih ada masyarakat yang miskin dan menanggur. Berangkat dari kegelisahan akan kondisi masyarakat tersebut  itulah, Bupati Kampar Jefry Noer lantas menyusun berbagai program dan strategi untuk menekan tingkat kemiskinan

Jefry Noer bertekad memutarbalikan situasi ini dengan sejumlah terobosan program unggulan di sektor pangan dan energi sehingga dapat segera mewujudkan daerah itu sebagai lokomotif pangan di Sumatra. 

Apalagi, selama ini pasokan kebutuhan pangan Riau mulai dari berbagai jenis sayuran, cabai, bawang, daging dan bahan pangan lainnya hanya mengandalkan kiriman dari Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan sebagian lagi dari Jawa. 

“Beberapa tahun ke depan, saya yakin Riau tidak lagi bergantung dari provinsi lain. Kampar akan memenuhi semua kebutuhan pangan di Riau bahkan kami siap menjadi lokomotif pangan di Sumatra,” kata Jefry saat ditemui Bisnis.com, akhir Maret 2015 lalu. 

Jefry yang menjabat sebagai Bupati Kampar sejak Desember 2011 lalu mulai melakukan pemetaan wilayah berpenduduk miskin dan pengangguran. Setelah itu, dia menyusun program pengentasan kemiskinan dengan tolak ukur potensi wilayahnya yang subur yaitu fokus pada pengembangan komoditas pangan dan kemandirian energi.

Keseriusan Pemkab Kampar dibuktikan dengan membangun Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) di Desa Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu. Di sana ratusan masyarakat dari berbagai desa se-Kabupaten Kampar, bergabung dalam kelompok tani, kelompok ternak dan kelompok tani periknan diberikan pelatihan bercocok tanam, mengelola peternakan dan perikanan. Adapun untuk kalangan ibu-ibu diberikan pelatihan jahit menjahit. Mereka dilatih membuat seragam, baju, dan pakian lainnya. 

Masing-masing program memiliki waktu berbeda dan diikuti kelompok peserta pelatihan yang berbeda pula. Misalnya peserta program pelatihan peternakan, mereka mengikuti diklat selama dua pekan yang diikuti 120 orang, sehingga dalam sebulan ada 240 orang yang ikut serta. Untuk program menjahit sistem konveksi, peserta ikut diklat selama 24 hari, setelah itu magang selama dua pekan dan selesai dari program mendapatkan bantuan mesin di tiap kelompok dengan sistem pinjam pakai.

Setelah masing-masing kelompok peserta merampungkan program pelatihan yang diikuti, mereka mendapatkan bantuan dana untuk menjalankan keahlian yang telah didapat ke desa asalnya masing-masing dan diminta merekrut minimal 10 orang di tiap lingkungan tempat tinggalnya.

Peserta yang sudah menyelesaikan programnya di sini akan mendapatkan bantuan dana bergulir. Kelompok pertanian akan mengantongi dana bergulir Rp30 juta, kelompok perikanan Rp60 juta dan peternakan Rp100 juta. 

Hingga ini, alumni program P4S sejak 2012 lalu telah mencapai 8.400 orang. Jika satu peserta rata-rata mempekerjakan 10 orang, maka sudah ada 84.000 orang yang mempunyai pekerjaan baru di sektor pertanian ini. 

“Saya sudah menerima banyak laporan kesuksesan petani bawang, petani cabai yang omsetnya miliar dan mengalahkan gaji bupati. Taraf hidup mereka kini membaik,” katanya. 

Jefry juga mengaku kebutuhan cabai dan bawang di Kampar saat ini sudah tidak lagi bergantung dari daerah luar. Selain itu, data terakhir yang diterima Pemkab, jumlah sapi yang ada di Kampar telah mencapai 36.000 ekor dan tahun ini diperkirakan bertambah 2.000 ekor dan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan daging di Riau. 

POLA TEPAT

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Riau Mahdi Muhammad mengatakan pola P4S yang dijalankan Pemkab Kampar saat ini sudah tepat dan sesuai untuk menggerakkan ekonomi daerah dan mengentaskan kemiskinan.

“Awal 2014 lalu saya melihat ujicoba budidaya bawang pa alahan gambut. Waktu itu saya ragu, ternyata hasilnya bagus dan bawang tetap bisa ditanam di lahan gambut,” kata Mahdi saat meninjau peserta P4S di Kampar. 

Kini Mahdi mengaku hampir setiap minggu mendengar ada panen bawang di Kampar, yang membuktikan kondisi dan masalah apapun bisa diselesaikan bila memulai satu langkah dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan pekerjaan.

Menurut Mahdi, pengembangan komoditas pangan seperti bawang merah dan cabai merah di Kampar sangat tepat dilakukan, mengingat hingga saat ini Riau masih bergantung dari daerah tetangga seperti Sumatra Utara, Sumatra Barat maupun luar daerah seperti Jawa untuk memenuhinya. 

“Terobosan Kampar ini bisa membantu daerah menekan inflasi. Karena konsumsi bawang merah dan cabai di Riau sangat tinggi sementara pasokan minim. Sekarang saya kira, tidak akan adal lagi fluktuasi harga cabai dan bawang di Riau,” katanya. 

Mahdi juga mengajak sejumlah kepala cabang perbankan di Pekanbaru untuk melihat potensi yang sedang dikembangkan di Kampar. Mahdi mengimbau agar kalangan perbankan ikut mengucurkan kredit usaha kecil dan menengah di sektor pertanian di wilaytah itu karena Pemkab Kampar akan membantu menjadi penjamin. 

 Sementara itu, Direktur Pasca Sarjana UIN Riau Ilyas Husti menilai program yang dijalankan Pemkab Kampar telah mampu mengubah pola hidup masyarakat Kampar menjadi lebih baik.

“Masyarakat yang sebelumnya tidak bekerja dan cenderung apatis, diajak untuk bekerja sama dan membangun daerah lewat cara menanam komoditas pangan bawang merah dan cabai merah serta beternak, ini sangat bagus,” katanya. 

Selain itu, keberhasilan program ini juga menepis isu akan masyarakat daerah yang malas dan tidak mau bekerja keras untuk mencari penghasilan. Karena dengan program tepat terbukti bisa berjalan dan diterima dengan baik oleh masyarakat setempat. 

Ilyas mengatakan bila program ini berjalan secara berkelanjutan, kesejahteraan yang diimpikan oleh setiap keluarga akan dengan mudah untuk dicapai, serta tujuan menjadi daerah lokomotif pangan Sumatra yang dicita-citakan akan terwujud dengan sendirinya.

RUMAH TANGGA MANDIRI

Pada 2015, Bupati Kampar Jefry Noer meluncurkan program baru disamping pendampingan di program P4S, yaitu program rumah tangga mandiri pangan dan energi (RTMPE). Pada program percontohan ini, dibutuhkan lahan minimal 1.000 meter2 dan di sana disiapkan pengembangan pertanian, perikanan, dan peternakan dalam satu lokasi.

“Di lahan 1.000 ha itu akan ditanam bawang, lalu pelihara ayam 100 ekor, sapi 6 ekor, ikan lele atau nila di keramba. Pupuk tanaman diambil dari limbah kotoran sapi dan biogas metan yang dihasilkan bisa untuk memasak bahan makanan dari ladang pertanian,” katanya.

Dengan program ini menurut Jefry, setiap rumah tangga akan memiliki penghasilan minimal Rp10 juta per bulan, yang didapatkan dari penjualan hasil tanaman pertanian, telor ayam, perikanan, dan pupuk dari urine sapi.

Kesuksesan pembinaan masyarakat di  Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya Kampar ini menarik banyak perthaian tokoh. Kini, hampir tiap pekan selalu ada tamu yang meninjau lokasi pelatihan tersebut.  Mulai dari kalangan perbankan, investor, pengusaha, dan pedagang dan pejabat di pemerintah pusat juga berdatangan.

Jefry yakin dengan lahan dan di Kampar yang tersedia luas dan keahlian masyarakat di bidang pertanian yang meningkat, maka tekad untuk menjadi lokomotif pangan di Sumatra bisa terwujud.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arif Gunawan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper