Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Farmasi Butuh Investasi Rp200 Triliun

Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia menyatakan Indonesia membutuhkan investasi senilai Rp200 triliun dalam bidang industri farmasi untuk mencapai tingkat kematangan dalam roadmap pembangunan hingga 2025.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA—Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia menyatakan Indonesia membutuhkan investasi senilai Rp200 triliun dalam bidang industri farmasi untuk mencapai tingkat kematangan dalam roadmap pembangunan hingga 2025.

Johannes Setijono, Ketua Umum GP Farmasi Indonesia, mengatakan roadmap pembangunan industri farmasi yang tengah disusun bersama dengan Kementerian Kesehatan dapat tercapai jika sejumlah faktor seperti pertumbuhan ekonomi nasional berjalan sesuai target pemerintah.

“Industri farmasi itu sangat sensitif dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Jika pertumbuhan ekonomi nasional stabil sesuai dengan target yang ditentukan, maka CAGR (compound annual growth rate) sektor ini bisa mencapai 20% tiap tahun,” tuturnya di Jakarta, Rabu (8/4/2015).

Dalam roadmap ini, pengusaha dan pemerintah menargetkan total omzet industri farmasi Indonesia pada 2025 mencapai Rp700 triliun. Target tersebut terbagi untuk omzet pasar dalam negeri senilai Rp450 triliun dan Rp250 pada omzet ekpor industri farmasi.

Menurutnya, kendati dalam perumusan target tersebut terjadi lonjakan omzet yang sangat tinggi dari realisasi 2014, di mana omzet pasar dalam negeri hanya sekitar Rp55 triliun dan ekspor Rp5 triliun, peran Indonesia yang memegang 40% pasar farmasi Asean memiliki daya dongkrok untuk mencapai target tersebut.

Maura Linda Sitanggang, Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan, mengatakan dengan adanya pelaksanaan program jaminan kesehatan nasional, target roadmap hingga 2025 optimis tercapai.

“Untuk memperbaiki kondisi industri farmasi dan mencapai target 2025, dalam tiga hingga lima tahun ke depan kami fokuskan pendirian industri bahan baku di dalam negeri. Karena, saat ini total impor bahan baku industri farmasi masih mencapai 90%,” katanya.

Dia mengatakan, kontribusi bahan baku dalam aktivitas produksi mencapai 25%. Dengan demikian, untuk mengimbangi ketimpangan neraca perdagangan sektor ini, omzet ekspor farmasi bernilai tambah akan digenjot.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper