Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Defisit Neraca Perdagangan RI Dengan China US$13 Miliar, Strategi Disiapkan

Kementerian Perdagangan menyusun strategi dan langkah-langkah guna menyeimbangkan neraca perdagangan antara Indonesia dengan China, dimana saat ini neraca perdagangan mengalami defisit US$13 miliar.
Menteri Perdagangan Rahmat Gobel Foto:Bisnis/Nurul Hidayat
Menteri Perdagangan Rahmat Gobel Foto:Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA -  Kementerian Perdagangan menyusun strategi dan langkah-langkah guna menyeimbangkan neraca perdagangan antara Indonesia dengan Tiongkok, dimana saat ini neraca perdagangan mengalami defisit  US$13 miliar.

Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel, dalam siaran pers yang diterima, Kamis (2/4/2015) mengatakan, selain menyusun langkah strategis tersebut, pihaknya juga memfokuskan produk-produk ekspor Indonesia yang akan ditingkatkan ke Negeri Tirai Bambu sebagai tindak lanjut kesepakatan Presiden Joko Widodo dengan Presiden China,  Xi Jinping, yang dicapai pada saat rangkaian kunjungan kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 25-28 Maret 2015.

Menurut Rachmat, beberapa langkah yang diinisiasi Presiden Jokowi untuk mengurangi defisit perdagangan tersebut antara lain melalui pengurangan tarif dan penghapusan hambatan nontarif bagi produk unggulan Indonesia, memperkuat kerja sama mutual recognition agreement (MRA), serta memfasilitasi penggunaan mata uang lokal masing-masing negara.

"Hubungan perdagangan bilateral harus berimbang dan saling menguntungkan bagi kedua negara," katanya.

Dalam kunjungan tersebut, Presiden Xi Jinping juga menyatakan persetujuannya untuk melakukan langkah-langkah demi menyeimbangkan defisit neraca perdagangan bagi Indonesia.

Pemerintah China  sebagai pihak yang menikmati surplus perdagangan akan membantu meningkatkan keseimbangan neraca perdagangan dengan membuka akses pasar Indonesia yang lebih luas dan membantu mempromosikan produk ekspor Indonesia di pasar China.

Rencana pembukaan kantor Indonesia Trade and Promotion Centre (ITPC) di Shanghai serta House of Indonesia di beberapa kota di China merupakan langkah strategis Kemendag untuk meningkatkan nilai ekspor Indonesia ke pasar China.

"Dalam lima tahun ke depan, Kemendag akan memfokuskan pengembangan produk ekspor potensial Indonesia ke pasar China, seperti produk batu bara, produk kimia, crude palm oil (CPO) dan turunannya, produk kayu kertas dan furnitur, serta tekstil dan produk tekstil (TPT)," tambah Rachmat.

Berdasarkan data statistik, nilai perdagangan bilateral kedua negara pada tahun 2014 mencapai US$48,2 miliar  dengan defisit neraca perdagangan bagi Indonesia sebesar US$13 miliar.

Neraca perdagangan Indonesia terhadap Tiongkok mengalami defisit selama periode 2010-2014 dengan tren pertumbuhan negatif sebesar 32,57%.  Di sisi lain, total perdagangan kedua negara pada periode yang sama menunjukkan pertumbuhan positif dengan tren sebesar 6,65%.

Ekspor Indonesia ke Tiongkok pada periode Januari 2015 tercatat sebesar 1,25 miliar dolar AS atau turun 33,16 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$1,87 miliar. Sementara impor Indonesia dari China juga menurun 1,48% dari US$2,73 miliar  pada Januari 2014 menjadi US$2,69 miliar  pada periode Januari 2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Martin Sihombing
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper