Bisnis.com, MALANG-Pemkab Malang, Jawa Timur, mendorong agar bambu asal Desa Sumbertangkil, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, yakni Bambusa Cornuta Munro atau pring embong segera dipatenkan.
Bupati Malang Rendra Kresna mengatakan Bambusa Cornuta Munro bisa dipatenkan sebagai bambu asal Sumbertangkil di mata dunia misalnya melalui International Network for Bamboo and Rattan (INBAR) dan World Bamboo Organization (WBO).
“Jika sudah dipatenkan, nama Kabupaten Malang juga akan terangkat,” kata Rendra saat menerima tim ekspedisi Bambusa Cornuta Munro, Selasa (10/3/2015).
Pemkab Malang juga akan mengembangkan Bambusa Cornuta Munro di Taman Bambu Sanankerto bersama 14 jenis tanaman bambu lainnya yang sudah lebih dulu ditanam.
Pihaknya mengapresiasi usaha dan kerja awak tim ekspedisi hingga menemukan kembali dan membenarkan keberadaan Bambusa Cornuta Munro yang asli berasal dari Sumbertangkil.
Besar Edy Santoso, Ketua Tim Ekspedisi Bambusa Cornuta Munro, mengatakan jenis bambu yang ditemukan membutuhkan publikasi, promosi, dan propaganda ke masyarakat dunia.
“Bambusa Cornuta Munro selama ini sudah diakui dunia. Jadi langkah yang akan kami lakukan adalah mempublikasikan ke dunia lewat museum Inggris dan Amerika serta melaporkan ke WBO di Prancis,” jelas dia.
Menurutnya awal pergerakan tim ekspedisi dimulai dari isi buku Teysmania pada 1910. Tim kemudian berdiskusi sebelum bergerak membuktikan fakta keberadaan bambu yang ditemukan kolonel Munro tersebut mulai Januari lalu.
Selama ini masyarakat setempat mengetahui jika bambu tersebut hanya sebatas tanaman bambu yang tumbuhnya rimbun, mengganggu tanaman lain dan bentuknya tidak indah.
“Bambusa Cornuta Munro ini merupakan jenis bambu yang ditemukan pada abad 18 dan sekarang sudah ter-discovery di desa Sumbertangkil,” ujarnya.
Bambusa Cornuta Munro termasuk salah satu dari 655 jenis bambu yang ada di dunia dan tumbuh di ketinggian antara 300-500 meter di atas permukaan laut (dpl).
Sifat bambu tersebut lain dibandingkan dengan bambu kebanyakan di mana perkembangbiakannya tidak mengumpul menjadi rumpun, namun menjalar dan saling mengikat.
Kondisi itu dapat mencegah erosi atau jika diilustrasikan fungsinya seperti bronjong.
Keunggulan itu tidak dimiliki jenis bambu lainnya dan sangat cocok dibudidayakan dilereng bukit untuk mencegah longsor.
“Manfaat lainnya yakni rebung bambu tersebut lebih nikmat dibuat olahan daripada jenis rebung bambu yang sudah banyak dikenal,” tambah dia.