Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis Mebel, Pasar Amerika Makin Ketat

Pelaku usaha di industri mebel dan kerajinan turut merasakan imbas kebijakan negara-negara tujuan ekspor yang semakin ketat dalam melindungi pasar domestiknya.
Ekonomi yang mulai bangkit kembali menjadi peluang bagus bagi para pengusaha Tanah Air untuk menggarap pasar Amerika Serikat. /Bisnis.com
Ekonomi yang mulai bangkit kembali menjadi peluang bagus bagi para pengusaha Tanah Air untuk menggarap pasar Amerika Serikat. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Pelaku usaha di industri mebel dan kerajinan turut merasakan imbas kebijakan negara-negara tujuan ekspor yang semakin ketat dalam melindungi pasar domestiknya.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Amkri) Abdul Sobur mengatakan negara yang paling ketat melindungi pasarnya adalah Amerika Serikat dan Jepang, terutama soal kualitas dan desain produk industri hilir pengolahan kayu itu.

“Amerika ketat sekali, desainnya harus bagus dan sudutnya enggak boleh tajam. Kalau meja atau kursinya misalnya diduduki terus pecah dan menimbulkan luka pada pengguna karena sudutnya kurang bagus, importirnya bisa dituntut balik dan pengusaha eksportir di Indonesia juga bisa dipinalti,” katanya kepada Bisnis, baru-baru ini.

Selain soal desain, Abdul mencontohkan hambatan non tarif yang juga diterapkan adalah penggunaan bahan yang antiapi. Rata-rata dari negara Eropa, Amerika, Jepang mensyaratkan bahan yang antibakar terutama untuk tekstil yang dipakai di bagian sandaran dan jok busanya mebel.

Kemudian ada juga penerapan sertifikat green untuk bahan baku kayu. Green di sini yakni kayu, rotan atau bambu yang digunakan harus sustainable, bukan hasil pembalakan liar melainkan dari hutan tanam industri.

Ini juga bagian dari isu K3L (kesehatan, keamanan, keselamatan dan ramah lingkungan) yang mulai banyak dipakai untuk membendung masuknya barang impor ke pasar domestiknya.

“Ada syarat non-toxin, jadi penggunaan bahan seperti melanin itu masih dianggap beracun harus bergeser ke produk yang lebih ramah lingkungan lainnya. Ini berlaku di hampir semua  terutama Amerika, Eropa, Jepang dan Australia,” tuturnya.

Abdul menyebut, dari ekspor mebel yang berkisar US$2 miliar, sebanyak 10% adalah ke pasar Amerika, kemudian 50% ke kawasan Eropa, dan sisanya terbagi ke beberapa negara Australia, Amerika Latin, Rusia, Timur Tengah.

Ekonomi yang mulai bangkit kembali menjadi peluang bagus bagi para pengusaha Tanah Air untuk menggarap pasar Amerika Serikat.

Pekan ini pihaknya juga mengundang perwakilan pemerintah dari negeri Paman Sam itu untuk menjelaskan lebih dalam terkait kebijakan K3L terutama standarisasi desain mebel. []

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ropesta Sitorus
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper