Bisnis.com, TULANG BAWANG -- Persatuan Petambak Plasma Udang Windu (P3UW) eks Dipasena mulai menawarkan kemitraan baru berbasis bagi hasil kepada para investor dan pemodal lainnya yang berminat dengan penerapan pola inti plasma model baru.
Kalangan petambak di kawasan Bumi Dipasena, Rawajitu Timur, pesisir Kabupaten Tulang Bawang, Lampung tersebut selama ini masih berusaha bangkit dan berbudidaya udang secara mandiri setelah putus kemitraan dari PT Arun Wijaya Sakti (AWS), anak usaha Grup CP Prima, sejak Januari 2011.
"Kami akan bangkit lagi guna mengembalikan kejayaan Bumi Dipasena sebagai sentra utama produksi udang nasional," tutur Ketua P3UW Nafian Faiz .
Dia menyampaikan tekad itu di hadapan Menteri KP Susi Pudjiastuti, Gubernur Lampung M. Ridho Ficardo, bupati setempat, dan ribuan petambak anggota P3UW, Rabu (4/2) di Bumi Dipasena Agung. Rawajitu Timur, pesisir Kabupaten Tulang Bawang, Lampung dalam acara peringatan kebangkitan petambak eks Dipasena setelah kemitraan yang hancur dan berujung konflik berdarah pada 1 Maret 2000 silam.
Lama terpuruk, kawasan pertambakan Dipasena sempat diambialih grup CP Prima melalui PT AWS untuk direvitalisasi dan melanjutkan kemitraan.
Namun kemitraan inti plasma tersebut juga gagal sampai akhirnya berpisah pada awal 2011 dengan menyisakan sengketa utang piutang hingga kini, serta hancurnya infrastruktur termasuk putusnya aliran listrik.
Belakangan, perlahan kawasan pertambakan udang seluas 16.250 hektare ini coba bangkit yang ditekuni sekitar 6.750 KK petambak mandiri tergabung dalam P3UW.
Rinciannya, luas areal tambak sekitar 6,000 ha, sementara lebih dari 10.000 ha lainnya areal infrastruktur a.l berupa kanal perairan, sawah, jalan seputar kawasan, dan areal pabrik yang kini menganggur.
"Kami akan terus bangkit dan yakin mampu mengembalikan kejayaan Dipasena sebagai pemasok 60% produksi udang nasional," tandas Nafian.
Karena itu, lanjutnya. P3UW menawarkan penerapan bagi hasil dengan investor atau pihak manapun yang berminat tanam modal sekaligus pembenahan infrastruktur.
"Salah satunya dengan Dompet Dhuafa yang kucurkan Rp1 miliar dengan komitmen 15% hasil keuntungannya dikembalikan lagi untuk pembangunan sarana sosial di Dipasena," papar Nafian Faiz.
Kemitraan bagi hasil ini terbuka bagi siapa pun pemodalnya, bisa dari kalangan petambak sendiri, koperasi, swasta, lembaga sosial dan lain sebagainya.