Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Belum Setara, Perempuan Pengusaha di Indonesia Masih Minim

Meski isu kesetaraan gender terus digaungkan oleh berbagai kalangan, sebagian besar wanita Indonesia masih berada di sektor privat dan informal. Perempuan pengusaha yang terjun ke bidang bisnis dan pemimpin manajemen (leadership management) masih sedikit.
Perempuan pengusaha harus meningkatkan daya saing produk dan layanan sehingga bisa berkompetisi dengan merek-merek lain dari negara tetangga. /Bisnis.com
Perempuan pengusaha harus meningkatkan daya saing produk dan layanan sehingga bisa berkompetisi dengan merek-merek lain dari negara tetangga. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Ketua DPP Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menuturkan meski isu kesetaraan gender terus digaungkan oleh berbagai kalangan, sebagian besar wanita Indonesia masih berada di sektor privat dan informal. Jumlah perempuan pengusaha yang terjun ke bidang bisnis dan pemimpin manajemen (leadership management) masih sedikit.

"Kontribusi perempuan pengusaha yang mengelola bisnis sendiri atau sebuah perusahaan belum besar. Persentase perempuan yang duduk di kursi manajerial hanya berkisar 5%. Padahal, lebih dari setengah populasi penduduk Indonesia bergender perempuan," ujarnya pada Konferensi Women Economic Enpowerment (WEE) 2015 di Jakarta, Selasa (24/2/2015).

Dia memaparkan saat ini ada tiga hal yang mengganjal langkah pengusaha perempuan di Indonesia untuk mengembangkan bisnis, yaitu akses pasar, akses permodalan, dan pembentukan kapasitas (capacity building).

Menurutnya, banyak di antara perempuan Indonesia menghasilkan produk-produk berkualitas dan bernilai jual tinggi. Namun, mereka kesulitan mendapat akses pasar dan suntikan dana karena rata-rata masih berkecimpung di sektor informal. Padahal, pembukaan akses pasar dan pembiayaan bisa meningkatkan kapasitas dan daya saing produk.

Saat ini, Shinta mengatakan Apindo telah melakukan pelatihan bagi perempuan pengusaha di berbagai daerah di Nusantara. Program yang telah dijalankan sejak 2005 tersebut mencakup pelatihan pengelolaan bisnis, pembuatan produk dan kemasan yang berorientasi untuk memberi nilai tambah (added value).

"Program pemberian pelatihan ke pada pengusaha tidak cukup. Kami akan terus berkonsolidasi dan meminta pemerintah agar pengusaha perempuan mendapatkan akses pasar dan pembiayaan agar bisnis mereka berkembang," imbuhnya.

Terkait MEA 2015, Shinta mengatakan peluang dan tantangan perdagangan bebas Asean tidak hanya dirasakan oleh perempuan pengusaha, tetapi seluruh sektor usaha yang ada di Indonesia. Meski perjanjian antar negara-negara Asean ini akan diresmikan beberapa bulan lagi, dia menilai masih banyak pengusaha yang belum menentukan strategi untuk menghadapi MEA 2015.

"Pemerintah dan para pemangku kepentingan agar terus menyosialisasikan dampak dan manfaat atas perdagangan bebas ke seluruh pengusaha. Perempuan pengusaha harus meningkatkan daya saing produk dan layanan sehingga bisa berkompetisi dengan merek-merek lain dari negara tetangga," katanya.[]

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper