Bisnis.com, JAKARTA – Prospek ekspor perikanan yang diperkirakan turun pada tahun ini akibat kebijakan moratorium, transhipment dan pembatasan tangkap kepiting dapat digenjot dari budidaya udang yang tidak terpengaruh dengan ketiga kebijakan itu.
Ketua Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan (AP5I) Thomas Darmawan mengatakan prospek pasar udang di Amerika Serikat selaku negara pengimpor terbesar di dunia semakin besar setelah Thailand belum juga memulihkan produksi udang akibat penyakit Early Mortality Syndrom (EMS).
Data terakhir Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat ekspor produk segar dan olahan udang ke Negeri Paman Sam itu naik dari 68.883 ton menjadi 88.400 ton akibat banyak pengusaha mengalihkan pasarnya dari Thailand ke Indonesia.
Beberapa negara seperti Rusia juga diperkirakan akan memperbanyak permintaan produk udang pada tahun ini setelah pelarangan ekspor produk perikanan ke negara itu dicabut tahun lalu.
Angka sementara ekspor Desember 2014 menyatakan volume ekspor udang mencapai 191.139 ton atau meningkat dari pencapai 2013 sebesar 165.000 ton.
Menurut Thomas, penambahan ekspor 20-25% masih mungkin terjadi pada tahun ini mengingat melonjaknya permintaan, khususnya dari Amerika dan Rusia terhadap produk udang Indonesia.
“Ditambah kapasitas processing kita masih oke, potensi peningkatan bisa capai 225.000 ton untuk tahun depan kalau terbebas dari penyakit,” katanya kepada Bisnis, Selasa (17/2/2015).
Thomas mengatakan ketiga kebijakan itu memang tidak berdampak pada budidaya udang, namun menurunkan volume ekspor dua komoditas yaitu TTC (tuna, tongkol dan cakalang) dan kepiting pada 2014 yang turun dibandingkan tahun sebelumnya.
Volume ekspor tuna, tongkol dan cakalang berkurang dari 209.000 ton menjadi 206.500 ton, sedangkan kepiting dari 34.000 ton menjadi 28.000 ton.
Meski demikian, Thomas meyakini moratorium izin kapal yang akan jatuh tempo pada April nanti secara perlahan akan kembali memperbanyak sumber daya ikan dari laut, sehingga ekspor produk ikan laut selain 3 komoditas utama berpotensi meningkat.