Bisnis.com, TEMBAGAPURA - PT Freeport Indonesia tengah mempersiapkan sumber daya manusia sekitar 5.000 orang dan investasi sekitar US$16 miliar agar bisa menyesuaikan diri dengan pengembangan tambang bawah tanah setelah 2017.
Pasalnya, sekitar 5.000 karyawan tersebut kini beroperasi di tambang terbuka Grasberg yang akan ditutup pada 2017.
Executive Vice President dan General Manajer PT Freeport Indonesia Nur Hadi Sabirin mengatakan karyawan yang bekerja di tambang terbuka perlu dibekali skill tambahan sehingga mampu menyesuaikan diri dengan penambangan bawah tanah.
Menurutnya, khusus karyawan yang bekerja di tambang bawah saat ini ada sekitar 10.000 karyawan. "Ke depan tambah bawah tanahlah yang akan menyokong Freeport," ujarnya, Sabtu (14/2/2015).
Namun, memang saat ini 70% dari bijih tembaga yang diproduksi perusahaan masih berasal dari Grasberg, sedangkan porsi tambang bawah tanah hanya 30%.
"Saat ini deep ore zone [DOZ] sudah dieksploitasi. Sementara itu, Grasberg bakal selesai 2017. Ke depan akan digantikan Grasberg block cave [GBC] yang memiliki deposit besar," ujarnya.
Pembangunan infrastruktur penunjang penambangan bawah tanah itu setidaknya memerlukan persiapan selama 15 tahun. Kini pengembangan tambang bawah tanah masih menbutuhkan investasi sekitar US$16 miliar hingga US$18 miliar. "Ini untuk investasi infrastruktur prapenambangan. Padahal, kami belum melakukan produksi dari investasi ini."