Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia meminta perusahaan jasa konstruksi skala besar untuk menggandeng kontraktor dengan grade yang lebih rendah sebagai langkah perkuatan menuju Masyarakat Ekonomi Asean.
Sekjen Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Andi Rukmana mengatakan 80% dari kontraktor nasional merupakan kontraktor mengengah ke bawah.
"Pemerintah harus mempersiapkan klasifikasi itu. Proyek Rp100 miliar bisa menyerap 5-10 pengusaha kecil jika digandeng. ini kan juga melatih kontraktor kecil untuk naik kelas," katanya saat dihubungi Bisnis, Selasa (10/2/2015).
Kendati demikian, sambungnya, masih ada masalah yang dihadapi dalam penerapan joint operational tersebut. Minimnya modal yang dimiliki kontraktor kecil acap kali membuat perusahaan keteteran.
Pasalnya, untuk memulai pekerjaan para kontraktor membutuhkan biaya awal yang diharapkannya dari pembayaran uang muka yang diberikan oleh pemberi kerja.
"Nah ini salah satu juga yang harus diproteksi. Main contarctor harusnya membagi proporsi down payment yang didapat," jelas Andi.
Oleh karena itu, dia berharap adanya langkah pemerintah yang dapat mendukung daya saing perusahaan jasa konstruksi menengah ke bawah salah satunya dengan membentuk bank konstruksi.
"Kontraktor kecil itu kan cuma pegang SPK [surat perintah kerja]. Nah itu tidak bisa kami jadikan obligasi sehingga sesegera mungkin bank konstruksi dibentuk," tuturnya.
Hadapi MEA 2015, Kontraktor Kecil Minta Digendong Kontraktor Besar
Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia meminta perusahaan jasa konstruksi skala besar untuk menggandeng kontraktor dengan grade yang lebih rendah sebagai langkah perkuatan menuju Masyarakat Ekonomi Asean.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Dimas Novita Sari
Editor : Bambang Supriyanto
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
6 jam yang lalu