Bisnis.com, JAKARTA--Anggota Asosiasi Pertekstilan Indonesia Bintoro Dibyoseputro mengatakan banyak pelaku usaha tekstil, khususnya investor asing, ingin hengkang dari Indonesia karena UMP di wilayah Jakarta dan sekitarnya yang melonjak tiap tahun.
Padahal, menurutnya, ada solusi yang bisa dilakukan oleh investor. Dia mengatakan high cost labour itu terjadi di Jakarta dan sekitarnya, sehingga investor sulit melakukan ekspansi di kawasan tersebut.
Namun, standar upah di Jawa Tengah cukup menjanjikan karena UMK lebih rendah dibanding dengan daerah lain. Sebagai contoh, UMK tertinggi di Jawa Tengah yakni di Kota Semarang sebesar Rp1,68 juta.
"Kami tidak masalah kalau pekerja minta kenaikan upah, tetapi harus dalam standar yang wajar dan tidak seenaknya. Permasalahan sekarang ini membuat kami kebingungan karena kontribusi biaya tenaga kerja di garmen bisa mencapai 30%," ujar Head Corporate Finance PT Sri Rejeki Isman ini, Selasa (10/2/2015)
Lebih dari itu, kesiapan dan kualitas sumber daya manusia di bidang tekstil juga tengah menjadi perhatian pelaku usaha. Pasalnya, seiring banyaknya investor yang masuk, kebutuhan tenaga kerja juga naik.
"Sekarang sekolah-sekolah tekstil yang ada di beberapa daerah malah tutup. Sektor tekstil bukan cuma butuh banyak tenaga kerja, tetapi mereka harus mengerti seni dan mampu mengoperasikan teknologi garmen," imbuhnya.