Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

G-20 Hadapi Tantangan Berat Dongkrak Pertumbuhan Global

Para petinggi otoritas moneter dan fiskal dari negara G-20 menghadapi tantangan besar untuk mengungkit pertumbuhan global mengingat perekonomian negara maju bergerak dengan kecepatan beragam disertai disparitas kebijakan moneter yang tajam.
Masalah Yunani yang kembali membayangi zona euro, depresiasi harga minyak yang mengancam inflasi dan proyeksi pertumbuhan serta penguatan dolar AS yang mengancam perekonomian negara berkembang adalah serangkaian tantangan utama G-20./Ilustrasi Dolar AS
Masalah Yunani yang kembali membayangi zona euro, depresiasi harga minyak yang mengancam inflasi dan proyeksi pertumbuhan serta penguatan dolar AS yang mengancam perekonomian negara berkembang adalah serangkaian tantangan utama G-20./Ilustrasi Dolar AS
Bisnis.com, ISTANBUL - Para petinggi otoritas moneter dan fiskal dari negara G-20 menghadapi tantangan besar untuk mengungkit pertumbuhan global mengingat perekonomian negara maju bergerak dengan kecepatan beragam disertai disparitas kebijakan moneter yang tajam.
 
Pertemuan yang digelar pada Senin dan Selasa, 9-10 Februari itu, akan berfokus pada kapasitas Amerika Serikat sebagai pendorong utama ekonomi global yang mayoritas melembam. Pertemuan tersebut dilatarbelakangi oleh sejumlah faktor yang dinilai beresiko bagi pertumbuhan global.
 
Masalah Yunani yang kembali membayangi zona euro, depresiasi harga minyak yang mengancam inflasi dan proyeksi pertumbuhan serta penguatan dolar AS yang mengancam perekonomian negara berkembang adalah serangkaian tantangan utama.
 
"Ada banyak tantangan," tulis Managing Director Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) Christine Lagarde dalam blog resminya, akhir pekan lalu. Lagarde menekankan, tanpa ada tindakan, ekonomi global akan terjebak dalam pertumbuhan yang dangkal dan penciptaan lapangan kerja yang minim.
 
Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Turki Ali Babacan mengatakan pada pertemuan Institute for International Fiance (IIF) bahwa kepemimpinan G20 kali ini, selain berkonsentrasi untuk mengatasi pertumbuhan global yang melempem, fokus juga diarahkan untuk memberikan ruang yang lebih besar bagi negara-negara berpenghasilan rendah.
 
Menanggapi tumpuan dunia pada AS, Sekretaris Perbendaharaan AS Jack Lew menegaskan Negeri Paman Sam tak bisa menjadi penggerak tunggal. Sementara itu, seorang pejabat AS mengatakan pada Reuters bahwa negara itu, untuk kesekian kalinya, akan mengutarakan poin utama tentang kontribusi Eropa yang belum maksimal.
 
Tahun lalu, para menteri keuangan menyepakati parameter anyar untuk meningkatkan produk domestik bruto (PDB) secara kolektif sebesar US$2 triliun dalam lima tahun ke depan dan menciptakan jutaan lapangan kerja baru.
 
Target yang terangkum dalam Brisbane Action Plan itu terdiri atas 1.000 komitmen. Adapun dalam pertemuan kali ini setiap negara hanya akan menyumbang 5-10 prioritas agar lebih mudah diawasi.
 
Menteri Keuangan Kanada Joe Oliver menilai selain deselerasi ekonomi global, krisi geopolitik di Ukraina, Irak, dan Siria juga menjadi bagian dari risiko yang dihadapi dunia internasional. Walau Amerika menjadi tulang punggu saat ini, hal itu takkan bertahan lama, katanya.
 
Di sisi lain, Jerman sepertinya akan menekankan agendanya pada kapasitasnya untuk membantu mendorong perekonomian Eropa yang tengah terpuruk. Perannya itu ditunjukkan dengan peningkatan permintaan domestik dan rencana untuk meningkatkan belanja pemerintah.
 
Sementara itu Chairman UBS Axel Weber mengatakan untuk mencapai itu pemerintah harus memberi ruang bagi sektor swasta guna menutup gap pembiayaan infrastruktur global yang mencapai US$60-US$70 triliun hingga 2030. Weber menilai belanja inilah yang akan menjadi motor utama akselerasi perekonomian global. Pesan kunci saya bagi pemerintah, jangan bekerja melawan sektor swasta. Bekerjasamalah, ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper