Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Siasat Dirut Pertamina Hadapi Tipisnya Harga Minyak Dunia

Harga minyak dunia yang terus melorot memaksa PT Pertamina (Persero) harus melakukan penghematan untuk menutupi penurunan kinerja keuangan dari sektor hulu minyak dan gas bumi.
Salah satu langkah efisiensi yang akan dilakukan perusahaan adalah memindahkan peran PT Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) ke Pertamina melalui integrated supply chain (ISC)./Ilustrasi-Bisnis
Salah satu langkah efisiensi yang akan dilakukan perusahaan adalah memindahkan peran PT Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) ke Pertamina melalui integrated supply chain (ISC)./Ilustrasi-Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia yang terus melorot memaksa PT Pertamina (Persero) harus melakukan penghematan untuk menutupi penurunan kinerja keuangan dari sektor hulu minyak dan gas bumi.

Dwi Soetjipto, Direktur Utama Pertamina, mengatakan terus anjloknya harga minyak dunia memukul industri hulu minyak dan gas bumi, karena menggerus pendapatan sektor unggulan badan usaha milik negara itu. Perseroan pun mencari jalan terbaik untuk menjaga kondisi keuangannya.

“Kami akan mencoba untuk memperbaikinya dari aspek efisiensi di perusahaan,” katanya di Komplek Istana Kepresidenan, Kamis (5/2/2015).

Dwi menuturkan salah satu langkah efisiensi yang dilakukan perusahaan adalah memindahkan peran PT Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) ke Pertamina melalui integrated supply chain (ISC). Divisi tersebut bertugas melakukan proses lelang untuk bahan bakar minyak, yang sebelumnya dilakukan Petral.

Menurutnya, perusahaan dapat melakukan efisiensi yang cukup signifikan dari pemindahan proses lelang tersebut.

Dia juga menyebutkan penurunan harga minyak dunia membuat perusahaan kembali melakukan kajian terkait kajian yang akan dicapai tahun ini. “Kami maish review, dan mudah-mudahan pertengahan Februari dapat kami selesaikan, karena memang posisi harganya sudah berubah,” ujarnya.

Pertamina juga sebelumnya akan melakukan evaluasi peluang efisiensi dari lapangan migas yang biaya produksinya tinggi. Apabila biaya produksi pada aset bisnis hulu yang dijalankan masih lebih rendah dibandingkan dengan harga jual dan masih termasuk perhitungan harga keekonomian, maka aset bisnis akan dilanjutkan.

Pada Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Pertamina 2015, target produksi gas sebesar 1,667 juta kaki kubik per hari (MMscfd). Jumlah tersebut meningkat 6 persen dari RKAP 2014, yakni 1,567 MMscfd. Realisasi produksi gas prognosa di 2014 sendiri hanya mencapai 1,554 MMscfd.

Sementara itu, laba bersih Pertamina (unaudited) di 2014 hanya sebesar US$1,57 miliar atau sekitar Rp18,8 triliun. Padahal, di 2013, laba bersih Pertamina mencapai US$3,06 miliar atau sekitar Rp36,7 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper