Bisnis.com, JAKARTA—Penurunan harga BBM disambut dengan baik. Harga BBM yang lebih rendah diharapkan memberi rangsangan pada kinerja ekonomi.
Presiden Joko Widodo siang ini mengumumkan penurunan harga BBM jenis premium dari Rp7.600 menjadi Rp6.600 dan BBM jenis solar dari Rp7.250 menjadi Rp6.400.
Destry Damayanti, Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, mengatakan penurunah harga BBM akan menurunkan eksepektasi inflasi sekaligus mendorong pertumbuhan industri.
“Karena masih banyak industri yang bergantung pada minyak. Dengan harga BBM lebih rendah, biaya produksi mereka juga lebih ringan,” katanya, Jumat (16/1/2015).
Dia menambahkan perubahan harga per 2 pekan tidak akan mengganggu kestabilan ekonomi. Masyarakat dan industri akan terbiasa dengan perubahan harga BBM seperti saat mereka membiasakan diri ketika harga patokan rupiah dilepas.
Terkait selisih premium dan solar yang tipis, Destry memperkirakan itu terjadi karena subsidi tetap Rp1.000 per liter yang diberikan untuk solar yang sebetulnya lebih mahal dari premium. BBM jenis tersebut, selama ini, adalah penyerap subsidi energi per liter terbesar.
Ekonom Universitas Gadjah Mada, Tony Prasentiono menilai dampak ekonomi dari penurunan harga BBM belum bisa diukur karena harga bisa berubah lagi dalam pekan-pekan ke depan.
Harga BBM bisa kembali naik ketika harga minyak dunia beranjak dari posisi saat ini yang berada sekitar US$45 per barel menjadi US$60--US$70 per barel.