Bisnis.com, JAKARTA - Pihak Organisasi Angkutan Darat (Organda) mengaku belum ada rencana untuk menurunkan tarif angkutan umum, meskipun harga premium dan solar turun sejak 1 Januari 2015 pukul 00.00 WIB.
"Sementara kami belum ada rencana turunkan tarif, karena masih melihat kondisi operasional yang ada. Harga suku cadang masih tinggi akibat kenaikan BBM bersubsidi beberapa waktu lalu," ujar Sekretaris Jenderal Organda, Andriansyah, saat dihubungi Antara, di Jakarta, Jumat.
Andriansyah mengatakan biaya operasional yang paling signifikan digunakan untuk perawatan atau penggantian ban dan suku cadang fast moving alias suku cadang yang paling sering mengalami penggantian.
"Biaya operasional tersebut dikeluarkan untuk pemeliharaan kendaraan, sehingga mampu menjamin pelayanan dan keselamatan penumpang," kata Andriansyah.
Selain itu, tambahnya, harga suku cadang yang tinggi juga dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah, yang saat ini masih mencapai Rp12.000 per dolar.
"Kalau nanti nilai tukar rupiah turun, kami akan melakukan evaluasi untuk mengkaji penurunan tarif angkutan yang ada," kata Andriansyah.
Menurutnya, turunnya harga BBM bersubsidi solar dari Rp7.500 per liter menjadi Rp7.250 per liter belum bisa dijadikan alasan untuk menurunkan harga tarif angkutan umum.
"Karena penurunannya tidak signifikan. Sementara imbas dari kenaikan BBM lalu mengharuskan kami menaikkan harga sebesar 10 persen, yang seharusnya 25--30 persen untuk Angkutan Kota Antar Provinsi," pungkas Andriansyah.
Tarif Angkutan Umum Tidak Turun, Ternyata Ini Alasannya
Tarif Angkutan Umum Tidak Turun, Ternyata Ini Alasannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
10 menit yang lalu
Ramalan Nasib United Tractors (UNTR) 2025
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
15 menit yang lalu
Ramalan Ekonomi Indonesia 2025 dari Indef, Inflasi Mendekati 3%
1 jam yang lalu
Industri Petrokimia Menanti Momentum Pemulihan Tekstil
7 jam yang lalu