Bisnis.com, JAKARTA – Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia memperkirakan produksi beras dunia akan menurun 2% dari total produksi beras tahun lalu berdasarkan laporan terbaru yang dilansir United States Departement of Agriculture dan Organisasi Pangan Dunia.
Ketua Umum PERHEPI Bayu Krisnamurthi mengatakan hal tersebut berdampak pada ketersediaan stok beras dunia yang diperkirakan menurun menjadi 177 juta ton, dari total stok tahun lalu sebesar 181 juta ton.
Dia mengatakan pergerakan stok dunia akan mempengaruhi patokan harga beras di Indonesia. Bayu menjelaskan total produksi beras dunia akan mencapai 497 juta ton sementara stok beras yang diperdagangkan hanya 40 juta dari total stok.
“Mudah-mudahan tidak berimbas pada kita, karena biasanya harga beras naik untuk Indonesia inflasinya serius,” katanya di Jakarta, Senin (29/12/2014).
Dia berharap pemerintah dapat berhati-hati dalam mengelola produksi padi dalam negeri beserta distribusi beras dalam negeri tahun depan.
Apalagi, lanjutnya, pemerintah ingin mencapai swasembada beras dalam 5 tahun kedepan. Menurutnya, pemerintah harus fokus pada pasca panen untuk mencegah kehilangan hasil yang selama ini masih tinggi.
Saat ini, kehilangan hasil dari gabah kering panen menjadi padi mencapai 45-49%, sedangkan kehilangan hasil dari gabah kering giling menjadi padi mencapai 55-57%.
“Potensinya itu bisa 65%-67%, berarti masih ada 10% yang bisa kita giatkan. Ambil saja separuhnya berarti 5% saja, seharusnya bisa menaikkan produksi padi,” katanya.