Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis Pengolahan Susu yang Terintegrasi Masih Minim

Peningkatan pasokan bahan baku ke industri pengolahan susu dari dalam negeri perlu didorong melalui skema bisnis terintegrasi.
Peternak memerah susu sapi. /
Peternak memerah susu sapi. /

Bisnis.com, JAKARTA— Peningkatan pasokan bahan baku ke industri pengolahan susu dari dalam negeri perlu didorong melalui skema bisnis terintegrasi.

Skema bisnis yang baik untuk merangsang pertumbuhan peternakan, yakni melalui investasi pengolahan susu yang merambah dari hulu ke hilir. Dengan kata lain, perusahaan pengolahan susu tidak hanya mendirikan pabrik tetapi juga membuka peternakan.

Selama ini pola yang diterapkan adalah kemitraan antara industri pengolahan susu dengan peternak. Untuk meningkatkan produksi salah satu cara adalah menambah populasi sapi. Tapi ini butuh dana banyak mengingat harga sapi impor mencapai Rp35 juta - Rp40 juta per ekor.

“Sekarang di dalam aturan masih disebutkan kami bermitra dan di luar negeri, tetapi ini tidak menyelesaikan masalah,” kata Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Pengolahan Susu (AIPS) Yulita Basri kepada Bisnis, Senin (22/12/2014).

Seluruh peternak yang ada di dalam negeri dipastikan AIPS sudah terjaring dalam kemitraan dengan industri pengolahan susu. Sementara itu untuk merintis bisnis di bidang ini secara terintegrasi dinilai sukar dan butuh modal banyak.

Kendati demikian tetap ada beberapa perusahaan pengolahan susu yang mengembangkan bisnis dari hulu, sebut saja Green Field, Cimory, dan Ultra Jaya. Dalam mengembangkan peternakan tidak hanya butuh lahan tetapi juga lahan yang subur.

“Masalah [pengembangan wilayah di luar Pulau Jawa] itu klasik, sulit infrastruktur, pembebasan lahan. Lalu untuk buka peternakan tidak hanya butuh lahan berumput, tapi jaminan kualitas pakan sementara pakan saja kita masih impor,” katanya.

Sementara itu Direktur Minuman dan Tembakau Kementerian Perindustrian Faiz Ahman memproyeksikan tetap ada aliran investasi di sektor pengolahan susu pada 2015. Tapi dirinya tak menjelaskan lebih detil kapital yang tertanam adalah proyek segar atau semata ekspansi.

“[Potensi investasi] tetap tinggi, tetapi saya harus bilang bahwa kebutuhan susu segar belum bisa dipenuhi dari susu segar dalam ngeri, pertumbuhan kebutuhan tidak  bisa dikejar peternak kita,” ucapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Setyardi Widodo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper