Bisnis.com, PEKANBARU—Badan Pengelola REDD+ meluncurkan Karhutla Monitoring System (KMS) sebagai tindak lanjut dari upaya pencegahan kebakaran hutan yang setiap tahun melanda Riau.
Heru Prasetyo, Kepala BP REDD+, mengatakan KMS dapat menampilkan profil yang lebih detil mengenai wilayah yang diduga terbakar. Pasalnya, sistem tersebut menggunakan global forest watch yang mampu menampilkan gambaran wilayah terduga kebakaran dengan resolusi yang lebih tajam.
“Walaupun sistem ini masih menggunakan Satelit Modis, tetapi dapat menampilkan gambar yang lebih detil dari posisi terjadinya karhutla,” katanya di Pekanbaru, Rabu (17/12).
Heru menuturkan sistem tersebut nantinya akan terintegrasi dan dengan seluruh kabupaten dan kota yang ada di Riau. Bahkan, Presiden Joko Widodo dan Pelaksana Tugas Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman dapat mengakses sistem tersebut dari perangkat tablet yang dimilikinya.
Menurutnya, dengan sistem tersebut pemerintah daerah dapat memaksa perusahaan untuk segera memadamkan titik api yang ada di wilayah konsesinya. Selama ini, perusahaan perkebunan dan hutan tanaman industri kerap beralasan titik api yang terpantau satelit berada di luar konsesinya atau hanya sebagai daerah yang memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan dengan sekitarnya.
“Sistem ini akan terus merekam aktifitas di wilayah yang sudah kami petakan, sehingga dapat secara detil menunjukkan kegiatan dari perusahaan dan masyarakat yang ada di dalamnya,” ujarnya.
BP REDD+ sendiri menggunakan dana bantuan dari luar negeri untuk penerapan KMS tersebut. Akan tetapi, Heru berjanji akan mengurangi bantuan luar negeri dalam penerapan KMS tahap berikutnya untuk menyediakan informasi dan data mengenai karhutla di dalam negeri.