Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga CPO Merosot, Asian Agri Minta Aturan Campuran Biodiesel Dipertegas

Asian Agri Group berharap pemerintah mempertegas aturan kandungan nabati biodiesel minimal untuk menopang kinerja industri sawit nasional di tengah anjloknya harga komoditas CPO.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, SINGAPURA-Asian Agri Group berharap pemerintah mempertegas aturan kandungan nabati biodiesel minimal untuk menopang kinerja industri sawit nasional di tengah anjloknya harga komoditas CPO.

Direktur Pelaksana Asian Agri Group Kelvin Tio memperkirakan penurunan harga CPO mengkuti anjloknya harga minyak dunia memangkas selisih keuntungan penjualan CPO Asian Agri 10–20%.

Harga minyak dunia yang saat ini berkisar US$67 per barel tidak hanya mengancam kinerja penjualan CPO di luar negeri. Permintaan CPO dalam negeri juga terancam, khususnya kebutuhan CPO untuk campuran biodiesel.

Kelvin menjelaskan kebijakan campuran CPO minimal 10% yang dikeluarkan pemerintah tidak disertai ancaman sanksi bagi PT Pertamina (Persero) sebagai produsen biodiesel di Tanah Air.

Selisih harga minyak dan CPO yang semakin tipis bisa mendorong Pertamina menurunkan campuran CPO di dalam biodiesel yang dijual di dalam negeri.

Kelvin menjelaskan satu ton minyak saat ini dijual pada harga sedikit di bawah US$500, sedangkan harga satu ton CPO berada pada kisaran US$620.

Pertamina, menurutnya, harus menanggung selisih harga akibat anjloknya harga minyak.

“Kami melihat dengan harga yang begitu rendah, kemungkinan ini akan mengancam program konversi [peningkatan campuran nabati dalam biodisel],” katanya dalam acara dialog direksi Royal Golden Eagle, Kamis (4/12/2014).

Dia mengharapkan pemerintah mempertegas kebijakan campuran nabati minimal dalam biodiesel yang diluncurkan oleh pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono Yudhoyono di tengah krisis perekonomian pada akhir 2013.

Pemerintah mengharuskan campuran fatty acid methyl ester (FAME) dalam biodiesel yang diproduksi Pertamina mencapai 10% pada akhir 2014.

“Ini akan terlaksana kalau pemerintah dalam mewajibkan konversi ini bukan hanya dalam bentuk imbauan tapi harus ada penaltinya,” kata Kelvin.

Harga CPO yang turun bareng bersamaan dengan harga minyak dunia berbanding terbalik dengan kenaikan upah pekerja sebesar rata-rata 15% per tahun dan kenaikan biaya logistik akibat penaikan harga BBM bersubsidi dari Rp6.500 per liter menjadi Rp8.500 per liter.

“Pernah ada prediksi kalau harga [minyak] US$70 kita [CPO] di kisaran US$600. Bagaimana kalau [minyak] turun ke US$60? Berapa harga CPO? Profit margin kita [Asian Agri] bisa turun 10%—20%,” kata Kelvin.

Asian Agri saat ini mampu menghasilkan sekitar 1 juta ton CPO setiap tahun yang berasal dari perkebunan milik perusahaan (500.000 ton), perkebunan plasma (250.000 ton), dan perkebunan swadaya (250.000 ton).

Kelvin mengatakan Asian Agri menggunakan momentum penurunan harga CPO dunia untuk menggenjot upaya peningkatan produktivitas perkebunan perusahaan dan perkebunan mitra perusahaan.

Upaya intensifikasi perusahaan yang perkebunannya berada di Jambi, Riau, dan Sumatra Utara tersebut termasuk pergantian tanaman (replanting) di area seluas 8.000 hektare per tahun dan pergantian alat perkebunan.

Asian Agri juga memiliki rencana ekstensifikasi lahan 60.000 melalui pencarian mitra perkebunan swadaya dan perkebunan plasma baru di area Sumatra Utara. Saat ini, total lahan perkebunan perusahaan dan perkebunan mitra luasnya mencapai 160.000 hektare.

“Secara umum kinerja [tahun ini] akan lebih buruk dibandingkan tahun sebelumnya. Ini saat yang tepat untuk replanting, tentu dengan harapan [harga CPO] akan rebound,” kata Kelvin.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper