Bisnis.com, JAKARTA -- Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia memprediksi stok gula pada awal tahun depan yang menumpuk karena tidak laku dijual sepanjang tahun ini mencapai 50% total produksi gula 2014.
Ketua Umum APTRI Soemitro Samadikoen mengatakan hal tersebut dikarenakan stok gula di gudang perusahaan dan petani makin melimpah setelah pembelian gula jauh berada dibawah HPP sebesar Rp8500 saat ini.
“Sebelumnya kita jual Rp7.700, bahkan terakhir ini sudah tidak ada yang nawar,” katanya kepada Bisnis, (2/12/2014).
Dia mengatakan tugas utama pemerintah di awal tahun adalah dengan memasarkan stok gula secara efektif, sehingga petani akan bersemangat kembali untuk menanam tebu.
“Karena memang pasar kita masih jenuh dan penuh dengan gula rafinasi. Bagaimana caranya harus memasarkan habis gula yang masih tersedia ini,” katanya.
Sumitro berharap pemerintah dapat segera menyelamatkan petani dari keterpurukan dengan perbaikan pendapatan yang saat ini membuat harga gula jatuh dibawah HPP pada titik terendah sejak reformasi, salah satu caranya dengan perbaikan rendemen.
Dia menyarankan pemerintah memberikan instruksi kepada industri rafinasi agar bisa mengambil gula kristal putih (GKP) pada pabrik nasional yang produksinya dipandang kurang bagus untuk dijadikan bahan baku.
“Memang harganya akan mahal, tapi bisa diutamakan itu dulu daripada memberikan izin impor. Saat ini saja, masih ada sebagian stok gula sejak 2012,” katanya.
Dia juga menginginkan pemerintah benar-benar menghitung kebutuhan industri makanan dan minuman dan mempertimbangkan ketersediaan stok gula yang melimpah sehingga kebutuhan gula untuk rafinasi dapat berdasarkan kuota itu.